Generasi Alpha adalah generasi yang lahir pada tahun 2010 hingga tahun 2025 yang akan mendatang. Dapat dikatakan generasi Alpha anak dari generasi milenial dan generasi Z. Dikutip dari ybkb.or.id istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2005 oleh Mark McCrindle, seorang peneliti dan konsultan generasi di Australia. Penentuan tahun 2010 sebagai batas kelahiran generasi ini terkait erat dengan peluncuran Instagram dan iPad pada waktu hampir bersamaan yang menandai perkembangan teknologi yang pesat di era itu. Lahirnya generasi Alpha yang bersamaan dengan dominasi gadget memiliki intensitas yang tinggi terhadap teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Pandemi COVID-19 di tahun 2020, masa transisi teknologi ke era digitalisasi. Di mana pada masa tersebut sebuah keharusan untuk mengenal teknologi untuk saling berkomunikasi lewat online. Peranan sosial media yang memberikan segala kebutuhan informasi bagi setiap orang khususnya generasi alpha mulai dari, Tiktok, Instagram, dan YouTube. Kemunculan content creator baru yang menciptakan konten-konten video pendek. Mulai dari konten hiburan sampai konten edukasi pun tersedia. Dari sini lah dampak dari video-video yang bermunculan di sosial media dengan durasi yang pendek mulai terasa memberikan pengaruh bagi setiap orang, khususnya generasi Alpha.
1. Pengaruh Positif
Menurut Harining dan Suardana (2023), dengan memberikan suatu stimulus berupa audio dan visual, short video dari Youtube bisa dengan mudahnya meningkatkan kemampuan kognitif anak. Dengan adanya visual yang ditampil kepada anak, maka akan menumbuhkan imajinasi anak dalam belajar. Apalagi short video yang disajikan dengan apik dan menarik tentunya akan mudah diserap oleh generasi Alpha memang telah menjadikan sosial media untuk melakukan segala aktivitas. Dari daya serap yang tinggi ini menyebabkan genesrasi Alpha juga cepat tanggap dalam menirukan video pendek yang tersedia.
Tidak hanya kemampuan kognitif saja. Video pendek seperti Tiktok dan YouTube turut meningkatkan komunikasi dari generasi Alpha sendiri. Tayangan pada YouTube short melatih kemampuan pola bahasa dalam berbicara yang mendalam. Hal ini juga selaras dengan (Putri dkk, 2024), video-video pendek ini akan membantu anak-anak mempelajari kata-kata baru, pola bicara, dan ekspresi dengan mudah. Dengan begitu tidak hanya bahasa yang meningkat namun juga, interaksi dalam bersosial media turut berkembang.
2. Pengaruh Negatif
Dalam menggunakan sosial media pengaruh yang ditimbulkan tidak selalu sisi positif. Dari segi negatifnya sendiri tentunya banyak, apalagi bagi anak-anak yang bermain sosial media tanpa pengawasan orang tua. Tentunya timbul masalah-masalah yang sangat krusial ke depannya. Generasi Alpha yang telah hidup berdampingan dengan dominasi internet pasti turut merasakan dampaknya.
- Kecanduan sosial media
Fenomena yang sudah terjadi pada zaman sekarang ialah anak-anak atau remaja kecanduan terhadap sosial media. Mengnai soal kecanduan yang dialami generasi Alpha ini disebabkan oleh penggunaan sosial media yang tidak terbatas. Ditambah video-video pendek yang merajalela membuat dengan mudahnya scroll-scroll Tiktok, YouTube short, dan Instagram. Algoritma short video bagaikan racun yang membunuh secara perlahan apabila tidak dihentikan maka rusak sudah generasi Alpha. Dalam penelitian (Yang, 2023) adiksi dapat membawa kepuasan langsung bagi para pengguna media sosial karena dopamin akan dihasilkan melalui proses tersebut. Media sosial yang berbentuk video pendek cocok dengan proses ini, maka jika pengguna tidak mengendalikan atau menahan keinginannya tersebut akan mengalami adiksi aplikasi berbentuk video pendek.
- Kurangnya daya fokus
Mengurangi daya fokus, dampak dari video pendek tersebut juga menimbulkan susah fokus terhadap anak. Anak akan mudah terdistraksi oleh hal lain karena tidak terbiasa dengan kegiatan-kegiatan yang mengharuskan generasi Alpha ini untuk berpikir panjang. Video yang pendek dan cepat sering kali tidak memberikan kesempatan bagi penonton untuk merenung atau berpikir kritis. Akibatnya, otak mungkin menjadi kurang terbiasa dengan proses berpikir mendalam dan analitis.
- Minim literasi
Kurangnya daya konsentrasi kemudian akan berlanjut bagi generasi Alpha untuk berliterasi. Di mana efek negatif yang ditimbulkan, menghambat pemikiran kritis yang dimiliki oleh anak. Sudah seharusnya bagi generasi Alpha untuk mengelola media sosial dengan bijak sehingga tidak berpengaruh pada efek negatifnya tersebut.
Jika video durasi pendek terus menerus dikonsumsi oleh generasi Alpha akan membuat otak jarang di asah yang berakibat kurangnya berpikir kritis, maka dari itu peran dari orang tua sangatlah di butuhkan, karena orang tua mempunyai peran paling banyak atas apa yang di konsumsi anaknya. Tidak hanya orang tua, pemerintah juga memiiliki tugas besar seperti membatasi konten yang di sajikan kepada anak-anak. Seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah China terhadap warganya, perbanyak konten edukasi yang menarik. Sehingga tidak hanya hiburan namun juga anak-anak mendapatkan ilmu melalui video pendek.
Orang tua juga dapat mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai literasi,bisa dilakukan dengan membaca buku, menulis, bercerita, bernyanyi , mendengarkan musik dan masih banyak lagi. sehingga nantinya saat ada video pendek anak akan bisa lebih kritis serta tidak mudah bosan.
Daftar Pustaka
Harining, N. L. S., & Suardana, I. K. P. (2023b). Pola Komunikasi Orang Tua dalam Menekan Dampak Negatif Konten Short Video Media Online YouTube pada Anak Usia Dini. Sadharananikarana: Jurnal Ilmiah Komunikasi Hindu, 5(1), 854–863.
Mastanora, R. (2019). Dampak Tontonan Video Youtube Pada Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini. https://www.semanticscholar.org/paper/Dampak-Tontonan-Video-Youtube-Pada-PerkembanganMastanora/7eeec8213c80b4bb8e07de78354304e3e84ffed4
Disusun Oleh:
- Melani Khoirun Nisa
- Haufa Dilla
- Indah Berlianne Sulistyawati
- Najma Sofi Yuliana