Multiple Intelligence dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan adalah usaha terencana secara sistematis untuk mengembangkan seluruh potensi anak dalam menghadapi masa yang akan mendatang.  Pendidikan sebaiknya dimulai sejak anak menginjak usia dini, karena saat anak usia (0-5) tahun merupakan masa-masa golden age pada anak, maksudnya masa perkembangan anak secara fisik maupun otak sangat berkembang pesat sampai dengan 80%.  Masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/meniru, masa peka, dan masa bermain.

Setiap anak pun memiliki potensi pengembangannya sendiri, karena hal itu orang tua perlu memilih sekolah yang dapat membangun potensi dan kecerdasan anak sesuai dengan usianya yang biasanya dikenal dengan kecerdasan majemuk.

Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardener, seorang ahli psikologi perlembangan.  Menurutnya, kecerdasan majemuk telah menjadi pengetahuan umum bagi pendidik anak, setiap anak pun memiliki kecerdasannya masing-masing.  Karena itu setiap pendidik wajib mengenali potensi yang dimiliki setiap karakter dan rasa percaya diri pada setiap anak dalam menghadapi masa yang akan mendatang.

Multiple Intellegence (Teori Kecerdasan Majemuk) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Teori ini memiliki konsep penilaian kecerdasan seseorang dengan melihat pada beberapa tolak ukur kemampuan berdasarkan penelitian. Konsep pembelajaran berbasis multiple intelligences atau kecerdasan majemuk pada anak usia dini adalah strategi pembelajaran yang memperhatikan keunikan dan kecerdasan majemuk pada anak usia dini adalah strategi pembelajaran yang memperhatikan keunikan dan kecerdasan yang dimiliki setiap anak.

Peran Orang Tua

Seperti yang kita  ketahui bahwa setiap anak adalah individual yang unik. Kita juga melihat bahwa ada berbagai variasi dalam belajar, yang mana setiap variasinya menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya. Berangkat dari pemahaman bahwa setiap anak itu unik, Howard Gardner (pencetus multiple intelligences) mengatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk untuk menyelesaikan masalah dengan cara menghasilkan, menciptakan, dan mempelajari suatu hal baru untuk dapat beradaptasi di lingkungan. Menurut Gardner kecerdasan dalam multiple intelligences meliputi kecerdasan verbal-lingustik (cerdas kata), kecerdasan logis-matematis (cerdas angka), kecerdasan visual-spasial (cerdas gambar-warna), kecerdasan musikal (cerdas musik-lagu), kecerdasan kinestetik (cerdas gerak), kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan intrapersonal (cerdas diri), kecerdasan naturalis (cerdas alam), kecerdasan eksistensial (cerdas hakikat). Kesadaran akan berbagai jenis kecerdasan tersebut dapat membantu kita, sebagai orang tua, untuk memahami lebih dalam mengenai kondisi anak. Perlu dipahami bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kecerdasannya pada waktu yang tepat, tanpa tekanan dari orang tua.

Adapun cara para orang tua yang dapat dilakukan untuk membantu anak mengoptimalkan kecerdasan, antara lain (a) memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif mengeksplorasi lingkungannya dengan seluruh panca inderanya (melihat, meraba, membaui, merasakan, dan mendengar); (b) memberikan motivasi positif kepada anak karena hal tersebut akan mempengaruhi proses belajar mereka (“Ayo sedikit lagi kamu selesai menggunting kertasnya”); dan (c) mendorong anak untuk belajar secara mandiri dengan cara izinkan anak mengerjakan aktivitas-aktivitas yang paling disukai, mendorong mereka untuk menyelesaikan aktivitas tersebut, dan membiarkan anak menyelesaikan masalah yang ditemuinya secara sendiri.

Dengan demikian, anak mempunyai kemampuan yang berbeda antara anak satu dan anak-anak lainnya dalam hal belajar. Memang benar anak yang cerdas selalu di kaitkan dengan anak yang pandai dalam pelajaran matematika dan bahasa, tetapi anak yang kurang dalam pelajaran itu merasa kemampuannya seperti terabaikan dan dicap sebagai anak yang tidak cerdas, padahal setiap anak memiliki potensi yang sama untuk berkembang hanya saja cara belajar yang di dapat anak itu belum tepat. Menghargai setiap perbedaan anak sangat penting daripada harus melabeli mereka sebagai anak yang tidak cerdas.

Maka Teori Multiple Intellegence (kecerdasan majemuk) sangat penting karena menjadi sumber kekuatan baru bagi pendidikan untuk lebih luas dalam berkreativitas dan berinovasi pada dunia pendidikan. Karena peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda,banyak juga kelebihan peserta didik yang belum tereksplor dengan baik. Dengan teori Multiple Intelligence, menggunakan beberapa jenis kecerdasan yang bisa diterapkan dalam proses belajar, agar kedepannya mampu membantu setiap anak dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, memberikan motivasi anak dalam belajar agar tidak merasaa jenuh, dan membantu orang tua serta guru dalam memahami cara belajar yang tepat untuk anak.

Guru harus memahami teori multiple intelligences, seorang guru secara tidak langsung dapat menguasai dan belajar berbagai metode pembelajaran. Sehingga fungsi guru sebagai pendidik, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, pendorong kreativitas, pembangkit, evaluator sehingga anak didik dapat berhasil secara optimal. Dengan memahami bahwa tiap individu terlahir dengan berbagai jenis kecerdasan, diharapkan para pendidik tidak hanya menganggap bahwa anak yang cerdas dan berprestasi hanyalah anak yang cerdas secara akademik, karena ada berbagai potensi besar lainnya yang dimiliki anak selain kemampuan di bidang akademik. (*)

Oleh Laela Khoirun Nisak (Pendidikan Luar Sekolah FIPP UNNES)