Mahasiswa Berperan dalam dalam Pembangunan Kesetaraan Gender

Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Ada perbedaan  secara biologis antara perempuan dan laki-laki-namun kebudayaan  menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi seperangkat tuntutan sosial  tentang kepantasan dalam berperilaku, dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan kuasa.

Pengertian kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara  antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan seperti di lingkungan kampus dan Masyarakat, untuk memastikan keadilan, strategi dan langkah-langkah harus sering tersedia untuk mengimbangi kerugian historis dan sosial perempuan yang mencegah perempuan dan laki-laki untuk beroperasi pada lapangan yang setara. Kesetaraan mengarah pada kesetaraan. Jika terjadi ketidaksetaraan gender, umumnya perempuanlah yang dikecualikan atau dirugikan.

Kesetaraan gender merupakan isu yang sangat penting dalam masyarakat saat ini,  mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kesadaran dan memperjuangkan kesetaraan gender di lingkungan kampus dan masyarakat, sebelum mempertimbangkan peran pelajar dalam membangun kesetaraan gender, penting bagi kita untuk menggali pemahaman tentang esensi sebenarnya dari kesetaraan gender itu sendiri.  Kesetaraan gender adalah kondisi di mana laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam segala aspek kehidupan.

Kesetaraan gender bukan hanya soal memberikan hak yang sama, melainkan juga menyangkut transformasi fundamental dalam budaya, kebijakan, dan sikap yang memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang setara dan peluang yang merata untuk berkembang, berkontribusi, dan berpartisipasi tanpa dibatasi oleh stereotip atau prasangka berbasis gender. Berbagai bentuk kesenjangan gender yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, terjadi pula dalam dunia pendidikan. Bahkan, institusi pendidikan dipandang berperan besar dalam mensosialisasikan dan melestarikan nilai-nilai dan cara pandang yang mendasari munculnya berbagai ketimpangan gender dalam masyarakat. Masalah ketidaksetaraan gender dalam dunia pendidikan terkait erat dengan diskriminasi.

Perlakuan Tak Adil

Di dalam kampus sendiri masih sering terjadi perlakuan tidak adil terhadap gender tertentu dengan alasan klasik atau malah tidak masuk akal. Contohnya seperti anggapan jika perempuan lebih cocok untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hafalan, seni dan juga perasaan, sedangkan laki-laki dianggap mampu melakukan kegiatan yang memakai logika, hitungan dan kepemimpinan. Selain itu banyak pemilihan ketua organisasi kampus yang tidak mempunyai calon perempuan atau hanya menjadikan perempuan sebagai seorang wakil saja.        

Ketidakadilan yang dirasakan ini menciptakan sistem kehidupan bermasyarakat yang tidak sehat, contohnya adalah sistem patriarki. Sistem ini berpendapat jika kedudukan laki-laki lebih tinggi dibandingkan gender lainnya, maka dari itu peran laki-laki lebih mendominasi di dalam kehidupan termasuk di lingkungan kampus. Kampus yang seharusnya menjadi ruang aman bagi para perempuan dan ekspresi gender lainnya masih belum dapat menghilangkan diskriminasi gender yang sering terjadi.

   Diskriminasi gender di lingkungan kampus menjadi isu serius yang harus segera ditangani. Masih banyak orang memiliki anggapan patriarki yang merugikan gender lain, selain itu banyak kampus masih belum menerima ekspresi gender lain.

   Fakta sosial yang ada di masyarakat kita memang menunjukkan adanya perbedaan yang menimbulkan ketidakadilan hak maupun peran yang diterima antara laki-laki dan perempuan. Budaya patriarki melekat sehingga laki-laki dianggap memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat serta memiliki posisi dan kedudukan yang lebih tinggi disbanding Perempuan.

   Mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan harus turut hadir dan memperjuangkan hak-hak para wanita dan mendukung kesetaraan gender. Tidak hanya dengan berdemo atau membuat slogan-slogan di media sosial saja, mahasiswaa perlu terjun langsung ke masyarakat dan mulai melakukan kesetaraan gender di lingkungan kampus. Ada banyak sekali cara mahasiswa untuk melakukan perubahan pada isu kesetaraan gender.

   Pertama, mahasiswa harus sudah mulai terbiasa dengan pria maupun wanita bisa untuk menduduki jabatan dalam organisasi di kampus. Saat ini banyak sekali organisasi-organisasi yang memiliki progam kerja sangat bagus. Dengan banyaknya organisasi ini diharapkan mahasiswi bisa memiliki kedudukan yang sama dengan mahasiswa. Dengan begitu para wanita juga bisa menjadi kepala atau koordinator dari organisasi tersebut.

   Kedua, mahasiswa bisa langsung terjun ke masyarakat untuk membagikan ilmu kepada adikadik perempuan di desa yang tidak bisa bersekolah. Dengan adanya pandemi seperti sekarang banyak sekali anak-anak kecil yang putus sekolah karena kurangnya keuangan orang tua mereka. Dengan adanya agenda-agenda yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk turun ke masyarakat, hal ini bisa meningkatkan kesetaraan gender di bidang pendidikan.

Yang terakhir, mahasiswa bisa melakukan sosialisasi kepada ibu-ibu rumah tangga agar bisa produktif dan tidak diam saja di rumah. Saat ini umkm menjadi sorotan oleh banyak orang karena produknya yang sangat berguna bagi banyak orang. Oleh karena itu, mahasiswa mulai melakukan sosialisasi agar para ibu rumah tangga bisa menghasilkan uang sendiri dan bisa menjadi pemipin atas usaha yang dijalaninya. Dengan begitu stereotip akan wanita tidak bisa menghasilkan uang dan tidak bisa memiliki kekuasaan itu bisa dibantah dan terpatahkan.    Dengan banyak cara-cara yang bisa dilakukan oleh para mahasiswa tersebut, pandanganpandangan kesetaraan gender akan semakin terbuka. Banyak orang yang merendahkan kaum perempuan dikarenakan tidak ada yang berani untuk mendobrak dan mematahkan stereotip mereka. Karena itu, mahasiswa harus gencar akan isu ini dan harus cepat mengatasi masalah tentang kesetaraan gender yang ada di Indonesia. (*)

Oleh Amanda Faissa Respatiana (Ilmu Hukum UNNES)