
Presiden Bank Dunia, Ajay Banga, bersama dengan istrinya, Ritu Banga, melakukan kunjungan ke proyek rehabilitasi hutan bakau yang terletak di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Ajay Banga menyatakan kebahagiaannya atas kesempatan melihat secara langsung upaya pemulihan hutan bakau yang memiliki peran penting dalam ekologi. Dia mengamati hasil rehabilitasi hutan bakau yang telah dilakukan oleh PT Perhutani dan Kementerian LHK. Selain itu, Ajay Banga juga memberikan apresiasi kepada wanita-wanita yang telah mengolah produk-produk dari hutan bakau, seperti batik bakau, makanan ringan, dan sirup, yang membantu meningkatkan perekonomian keluarga mereka. Dia menekankan bahwa hutan bakau bukan hanya berfungsi untuk mencegah erosi tanah, tetapi juga berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, sebelumnya mengalami abrasi pantai sejauh tiga meter per tahun akibat bekas tambak pesisir. Namun, upaya rehabilitasi mangrove yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir telah berhasil menghentikan abrasi tersebut. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar merasa bangga atas apresiasi yang diberikan oleh Presiden Bank Dunia terhadap upaya rehabilitasi mangrove yang didukung oleh Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia. Indonesia memiliki hutan bakau terluas di dunia dengan luas mencapai 3,36 juta hektar, yang mencakup lebih dari 24 persen dari total luas hutan bakau dunia. Menteri LHK juga mengungkapkan bahwa hutan bakau Indonesia menyimpan sekitar 3,14 miliar ton karbon biru, yang berkontribusi pada upaya global untuk mengurangi gas rumah kaca. Ekosistem hutan bakau mendukung berbagai aspek kehidupan manusia, seperti melindungi pantai dari abrasi, menjaga keanekaragaman hayati, menyaring polutan, dan mendukung mata pencaharian masyarakat. Indonesia telah membentuk Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) untuk mengawasi rehabilitasi hutan bakau, dengan mandat khusus untuk merehabilitasi 600.000 hektar ekosistem hutan bakau. Program rehabilitasi mangrove di Indonesia telah membawa dampak positif terhadap ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat. Pada tahun 2020, program penanaman mangrove telah mencakup luas area 17.000 hektar di 34 provinsi, meningkat menjadi 83.000 hektar pada tahun 2021. Sebagai tanggapan atas keberhasilan ini, Pemerintah Indonesia bersama Bank Dunia telah menginisiasi Program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) atau Mangrove untuk Ketahanan Pesisir yang melibatkan berbagai aspek mulai dari kebijakan hingga rehabilitasi di lapangan. Total pendanaan program M4CR mencapai sekitar 19 juta dolar AS dalam tahap pelaksanaan program, dengan tambahan pinjaman sebesar 400 juta dolar AS yang saat ini dalam proses pencairan.
Berita ini telah dipublikasian sebelumnya pada: https://www.antaranews.com/berita/3710670/rehabilitasi-mangrove-di-banten-dikunjungi-presiden-bank
Read more: Presiden Bank Dunia Kunjungi Proyek Rehabilitasi Mangrove di Banten, Apresiasi Dampak Ekologis dan Sosialnya