Penyalahgunaan Artificial Intelligence (AI) untuk Deep Fake

Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan buatan, kecerdasan adalah kemampuan kita sebagai manusia untuk berpikir, memahami, belajar dan menemukan jawaban atas berbagai masalah. Ketika kita mendengar kata “buatan” yang terlintas di pikiran kita mungkin adalah sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia atau mesin contohnya: robot, mobil, dan handphone. Jadi Artificial Intelligence (AI) cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk menciptakan sistem yang dapat melakukan tugas-tugas yang membutuhkan kecerdasan manusia. Konsep dasar AI mengaitkan beberapa dasaran utama. AI diharuskan mampu dalam memaparkan ilmu dalam bentuk yang dapat dipahami oleh komputer, seperti susunan logika atau jaringan tiruan manusia.

AI harus fleksibel dalam belajar dengan lingkungan yang seiring waktu terus berkembang dan berubah. Selain itu, AI harus meningkatkan interaksi dengan lingkungan fisiknya, dengan cara memperhatikan pola pikir manusia mengarah ke mana.

Keuntungan dalam menggunakan AI ini adalah kemudahan akses dan penyelesaian segala macam hal. Seperti contoh, di Jepang sudah mulai banyak restoran yang menggunakan robot untuk melayani pelanggan. AI tidak seperti manusia, yang membutuhkan jam istirahat.Mesin tidak membutuhkan istirahat untuk pemulihan diri dan memajukan produktivitas. Di Indonesia pun ada home assistant yang bernama Google Nest. Alat itu berfungsi untuk mengingatkan segala aktivitas di rumah seperti menyalakan lampu, menyalakan air conditioning (AC), membukakan pintu dan aktivitas lainnya.

Selain dampak positif tersebut, AI mempunyai dampak negatif yang tidak dapat kita hindari. Misalnya fitur AI deskripsi teks ke gambar. Dengan fitur itu pengguna dapat mendeskripsikan bentuk fisik seseorang yang hilang atau rusak dan dari sinilah kita dapat mengakses foto yang berisi gambar dari hasil deskripsi tersebut. Cara itu dinamakan Inpainting.

Yang sering terjadi akhir-akhir ini yaitu ada jenis AI yang bisa mengubah pakaian yang mau diedit sesuai dengan keinginan editor. Dengan teknologi canggih AI, bisa saja editor mengambil foto kalian di media sosial lalu diedit agar telanjang atau dapat menggunakan pakaian-pakaian yang dianggap pemuas hawa nafsu. Hal ini bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan meskipun pada kasus-kasus yang sudah terjadi di media sosial lebih banyak korban perempuan.

Banyak foto yang beredar dalam akun yang berisi konten-konten pornografi secara tidak langsung hal ini dapat merugikan pihak yang sebenarnya tidak melakukan hal tersebut. Merugikan dari nama baik dari korban tersebut yang menyebabkan fitnah dalam masyarakat.  Sebagai contoh Nagita Slavina, selebritis, sempat terseret kasus video deep fake dengan durasi 61 detik. Video tersebut diduga hasil manipulasi yang dibuat oleh AI, yang terdapat dalam berita daring.

Dapat diketahui bahwa adanya AI memberikan kemudahan untuk pengguna, namun seiring berjalannya waktu teknologi ini digunakan sebagai hal yang negatif, yaitu sebagai alat untuk memanipulasi foto ataupun video. Maka penting untuk pengguna untuk tetap memakai AI sebagai hal yang positif saja. Kalau demikian, tidak akan ada kasus deep fake lagi. (*)

OlehVodena Selena Junior (Ilmu Hukum UNNES)