Cerita dari Sungai Cisadane

Sungai Cisadane adalah sungai terpanjang kedua yang ada di Jawa Barat (Banten dan Jawa Barat). Sungai Cisadane berasal dari gunung Gede Pangrango. Sungai Cisadane memiliki Panjang yang kurang lebih 126 kilometer dari gunung Gede Pangrango sampai bermuara ke laut Jawa. Sungai ini menjadi sumber kehidupan bagi beberapa masyarakat, mulai dari mandi, mencuci, sampai menjadi tempat bersosialisasi. Saya dulu sering berenang bersama teman-teman saya di salah satu kali yang merupakan aliran dari sungai Cisadane.

Saya sendiri lahir dan tinggal di Tangerang tepatnya di kecamatan Teluknaga yang kebetulan rumah saya dekat dengan sungai Cisadane. Saat bepergian saya sering melihat sungai Cisadane. Saya juga pernah beberapa kali bermain ke seberang sungai dengan anak kampung seberang. Alat transportasinya menggunakan perahu kayu atau disebut eretan. Eretan ini juga memudahkan menyingkat waktu orang-orang yang bepergian ke suatu tempat tertentu. Hampir setiap hari beroperasi kecuali malam hari dan saat banjir. 

Di balik panjangnya sejarah sungai Cisadane, saya sendiri memiliki beberapa pengalaman dan cerita yang saya dengar ataupun saya lihat dengan mata dan kepala saya sendiri. Orang-orang di sana lebih sering menyebutnya sebagai kali daripada sungai. Saat kecil saya beberapa kali sering main di sana untuk sekedar melihat-lihat saja walaupun orang tua saya sering melarangnya. Dulu sungai terlihat tidak terlalu luas berbeda dengan sekarang yang semakin meluas dikarenakan banyaknya bangunan yang dibangun di pinggiran sungai. Saat banjir tanah-tanah pinggiran lama-lama terkikis oleh air yang menyebabkan hanya tinggal sedikit tanah yang ada di pinggiran membuat orang-orang berfikir tidak lama lagi kampung kami akan tenggelam.

Seperti sungai pada umumnya, Cisadane juga memiliki banyak ikan. Beberapa orang dari luar kampung kamipun banyak yang datang untuk memancing. Sering kali juga ikan dikali mengapung keatas dikarenakan mabuk, saat itu orang-orang berbondong-bodong turun kepinggir sungai untuk mengambil ikan yang mabuk untuk menjadi santapan lauk. Saat itu saya hanya bisa melihatnya saja karena masih kecil dan tidak bisa berenang. Terkadangpun ada beberapa orang yang menjaring ikan setiap hari menggunakan perahu dari bambu atau kami menyebutnya getek. 

Di antara beberapa orang yang menjaring ikan itu ada yang rumahnya berada di dekat rumah saya. Saya melihatnya menjaring ikan sapu-sapu untuk dijadikan sebagai bahan membuat makanan otak-otak ikan. Teman sayapun pernah mancing di sana, tidak disarankan untuk menggunakan pancingan kayu karena akan mudah patah. Beberapa ikan yang pernah saya lihat di sana adalah ikan mujair, julung-julung, bawal, baung, sapu-sapu, mas, patin, gabus, lele, betok, dan sepertinya masih ada banyak lagi yang belum saya lihat. Dikarenakan depan rumah saya ada sawah yang menanam sayur-sayuran, jadi sungai Cisadane sangat bermanfaat bagi para petani karena mereka menyedot air Sungai  untuk mengisi lahan dengan air Sungai. 

Tidak hanya cerita seru, ada beberapa cerita seram tentang sungai Cisadane. Ada mitos yang mengatakan adanya buaya putih di sungai ada yang bilang di dalamnya ada kerajaan jin yang saat besar yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki ilmu. Mitos ini sudah sering saya dengar dari banyak orang, ada yang bilang jika bermain malam-malam di sungai akan ditarik hantu air kedalam. Di pinggir danau ada pohon yang besar yang memang cukup seram untuk dilewati saat malam hari. Saya pun kadang merinding saat jalan malam hari sendirian sambil melihat sungai yang gelap.

Di samping sungai ada tanah tinggi yang menghalangi antara jalan dan sungai dan ditanami banyak pohon-pohon yang beragam. Pohon-pohon ini membuat suasana makin seram ada beberapa kasus kesurupan dan hantu yang menampakkan diri. Paman saya sendiri cerita ia pernah di tertawakan oleh kuntilanak yang terbang saat hendak pulang ke rumahnya lewat situ. Tante saya pun pernah melihat bola api yang kemudian jatuh ke dalam sungai. Kami berspekulasi bahwa itu adalah usaha santet yang dilakukan seseorang. Setiap malam ada suara burung hantu dan hewan-hewan lainnya, tapi sekarang sudah banyak rumah yang dibangun di daerah sana dan banyak tanaman yang ditebang membuat suasana tidak seseram dulu.

Beberapa tahun lalu kampung saya terendam banjir yang cukup parah. Ada beberapa hewan yang naik kepermukaan seperti buaya, ular, dan biawak yang memang habitatnya di sungai. Tetangga saya hampir digigit oleh buaya untung saja ia bisa menghindarinya dan buaya itu pun berhasil melarikan diri ke sungai lagi. Dan ular yang besar berhasil ditangkap oleh karyawan pabrik yang ada di sana kemudian diserahkan kepada tim SAR. Biawak memang sering ke permukaan walaupun tidak sedang banjir jadi tidak terlalu dipedulikan oleh orang di sana.

Dan banyak pula kasus orang tenggelam di sana, baik disengaja ataupun tidak. Saat kecil saya sendiri pernah melihat mayat yang sedang terapung bersama teman-teman saya. Kami langsung lari karena takut menjadi saksi. Dan baru-baru ini diberitahu ibu saya ada kasus orang yang tenggalam tetapi orang-orang tidak ada yang berani mengambilnya. Dikarenakan banyaknya pabrik di daerah Tangerang, pabrik-pabrik pun membuang limbahnya ke sungai. Tentu ini sangat merugikan karena semakin mencemari sungai.

Tidak hanya limbah pabrik, sampah-sampah pun sangat banyak yang mengapung di Sungai. Masih banyak warga yang belum sadar akan kebersihan, mereka asal membuang sampah ke Sungai. Tentu saja ini merupakan sebab terjadinya banjir. Rumah sepupu saya dekat dengan sungai dan ada tanah tinggi yang memisahkannya, ada yang menanam tanaman bambu guna untuk mengurangi risiko banjir. Ada rumah tetangga saya yang menjadi korban banjir yang menghilangkan sebagian rumahnya hilang terbawa arus. Dengan itu menjadi peringatan bagi warga sekitar untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi.

Sumber: Ibu Sri Lestari, Tilaily Yazid dan pengalaman saya sendiri

Sungai Cisadane adalah sungai terpanjang kedua yang ada di Jawa Barat (Banten dan Jawa Barat). Sungai Cisadane berasal dari gunung Gede Pangrango. Sungai Cisadane memiliki Panjang yang kurang lebih 126 kilometer dari gunung Gede Pangrango sampai bermuara ke laut Jawa. Sungai ini menjadi sumber kehidupan bagi beberapa masyarakat, mulai dari mandi, mencuci, sampai menjadi tempat bersosialisasi. Saya dulu sering berenang bersama teman-teman saya di salah satu kali yang merupakan aliran dari sungai Cisadane.

Saya sendiri lahir dan tinggal di Tangerang tepatnya di kecamatan Teluknaga yang kebetulan rumah saya dekat dengan sungai Cisadane. Saat bepergian saya sering melihat sungai Cisadane. Saya juga pernah beberapa kali bermain ke seberang sungai dengan anak kampung seberang. Alat transportasinya menggunakan perahu kayu atau disebut eretan. Eretan ini juga memudahkan menyingkat waktu orang-orang yang bepergian ke suatu tempat tertentu. Hampir setiap hari beroperasi kecuali malam hari dan saat banjir. 

Di balik panjangnya sejarah sungai Cisadane, saya sendiri memiliki beberapa pengalaman dan cerita yang saya dengar ataupun saya lihat dengan mata dan kepala saya sendiri. Orang-orang di sana lebih sering menyebutnya sebagai kali daripada sungai. Saat kecil saya beberapa kali sering main di sana untuk sekedar melihat-lihat saja walaupun orang tua saya sering melarangnya. Dulu sungai terlihat tidak terlalu luas berbeda dengan sekarang yang semakin meluas dikarenakan banyaknya bangunan yang dibangun di pinggiran sungai. Saat banjir tanah-tanah pinggiran lama-lama terkikis oleh air yang menyebabkan hanya tinggal sedikit tanah yang ada di pinggiran membuat orang-orang berfikir tidak lama lagi kampung kami akan tenggelam.

Seperti sungai pada umumnya, Cisadane juga memiliki banyak ikan. Beberapa orang dari luar kampung kamipun banyak yang datang untuk memancing. Sering kali juga ikan dikali mengapung keatas dikarenakan mabuk, saat itu orang-orang berbondong-bodong turun kepinggir sungai untuk mengambil ikan yang mabuk untuk menjadi santapan lauk. Saat itu saya hanya bisa melihatnya saja karena masih kecil dan tidak bisa berenang. Terkadangpun ada beberapa orang yang menjaring ikan setiap hari menggunakan perahu dari bambu atau kami menyebutnya getek. 

Di antara beberapa orang yang menjaring ikan itu ada yang rumahnya berada di dekat rumah saya. Saya melihatnya menjaring ikan sapu-sapu untuk dijadikan sebagai bahan membuat makanan otak-otak ikan. Teman sayapun pernah mancing di sana, tidak disarankan untuk menggunakan pancingan kayu karena akan mudah patah. Beberapa ikan yang pernah saya lihat di sana adalah ikan mujair, julung-julung, bawal, baung, sapu-sapu, mas, patin, gabus, lele, betok, dan sepertinya masih ada banyak lagi yang belum saya lihat. Dikarenakan depan rumah saya ada sawah yang menanam sayur-sayuran, jadi sungai Cisadane sangat bermanfaat bagi para petani karena mereka menyedot air Sungai  untuk mengisi lahan dengan air Sungai. 

Tidak hanya cerita seru, ada beberapa cerita seram tentang sungai Cisadane. Ada mitos yang mengatakan adanya buaya putih di sungai ada yang bilang di dalamnya ada kerajaan jin yang saat besar yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki ilmu. Mitos ini sudah sering saya dengar dari banyak orang, ada yang bilang jika bermain malam-malam di sungai akan ditarik hantu air kedalam. Di pinggir danau ada pohon yang besar yang memang cukup seram untuk dilewati saat malam hari. Saya pun kadang merinding saat jalan malam hari sendirian sambil melihat sungai yang gelap.

Di samping sungai ada tanah tinggi yang menghalangi antara jalan dan sungai dan ditanami banyak pohon-pohon yang beragam. Pohon-pohon ini membuat suasana makin seram ada beberapa kasus kesurupan dan hantu yang menampakkan diri. Paman saya sendiri cerita ia pernah di tertawakan oleh kuntilanak yang terbang saat hendak pulang ke rumahnya lewat situ. Tante saya pun pernah melihat bola api yang kemudian jatuh ke dalam sungai. Kami berspekulasi bahwa itu adalah usaha santet yang dilakukan seseorang. Setiap malam ada suara burung hantu dan hewan-hewan lainnya, tapi sekarang sudah banyak rumah yang dibangun di daerah sana dan banyak tanaman yang ditebang membuat suasana tidak seseram dulu.

Beberapa tahun lalu kampung saya terendam banjir yang cukup parah. Ada beberapa hewan yang naik kepermukaan seperti buaya, ular, dan biawak yang memang habitatnya di sungai. Tetangga saya hampir digigit oleh buaya untung saja ia bisa menghindarinya dan buaya itu pun berhasil melarikan diri ke sungai lagi. Dan ular yang besar berhasil ditangkap oleh karyawan pabrik yang ada di sana kemudian diserahkan kepada tim SAR. Biawak memang sering ke permukaan walaupun tidak sedang banjir jadi tidak terlalu dipedulikan oleh orang di sana.

Dan banyak pula kasus orang tenggelam di sana, baik disengaja ataupun tidak. Saat kecil saya sendiri pernah melihat mayat yang sedang terapung bersama teman-teman saya. Kami langsung lari karena takut menjadi saksi. Dan baru-baru ini diberitahu ibu saya ada kasus orang yang tenggalam tetapi orang-orang tidak ada yang berani mengambilnya. Dikarenakan banyaknya pabrik di daerah Tangerang, pabrik-pabrik pun membuang limbahnya ke sungai. Tentu ini sangat merugikan karena semakin mencemari sungai.

Tidak hanya limbah pabrik, sampah-sampah pun sangat banyak yang mengapung di Sungai. Masih banyak warga yang belum sadar akan kebersihan, mereka asal membuang sampah ke Sungai. Tentu saja ini merupakan sebab terjadinya banjir. Rumah sepupu saya dekat dengan sungai dan ada tanah tinggi yang memisahkannya, ada yang menanam tanaman bambu guna untuk mengurangi risiko banjir. Ada rumah tetangga saya yang menjadi korban banjir yang menghilangkan sebagian rumahnya hilang terbawa arus. Dengan itu menjadi peringatan bagi warga sekitar untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi.

Sumber: Ibu Sri Lestari, Tilaily Yazid dan pengalaman saya sendiri

Sungai Cisadane adalah sungai terpanjang kedua yang ada di Jawa Barat (Banten dan Jawa Barat). Sungai Cisadane berasal dari gunung Gede Pangrango. Sungai Cisadane memiliki Panjang yang kurang lebih 126 kilometer dari gunung Gede Pangrango sampai bermuara ke laut Jawa. Sungai ini menjadi sumber kehidupan bagi beberapa masyarakat, mulai dari mandi, mencuci, sampai menjadi tempat bersosialisasi. Saya dulu sering berenang bersama teman-teman saya di salah satu kali yang merupakan aliran dari sungai Cisadane.

Saya sendiri lahir dan tinggal di Tangerang tepatnya di kecamatan Teluknaga yang kebetulan rumah saya dekat dengan sungai Cisadane. Saat bepergian saya sering melihat sungai Cisadane. Saya juga pernah beberapa kali bermain ke seberang sungai dengan anak kampung seberang. Alat transportasinya menggunakan perahu kayu atau disebut eretan. Eretan ini juga memudahkan menyingkat waktu orang-orang yang bepergian ke suatu tempat tertentu. Hampir setiap hari beroperasi kecuali malam hari dan saat banjir. 

Di balik panjangnya sejarah sungai Cisadane, saya sendiri memiliki beberapa pengalaman dan cerita yang saya dengar ataupun saya lihat dengan mata dan kepala saya sendiri. Orang-orang di sana lebih sering menyebutnya sebagai kali daripada sungai. Saat kecil saya beberapa kali sering main di sana untuk sekedar melihat-lihat saja walaupun orang tua saya sering melarangnya. Dulu sungai terlihat tidak terlalu luas berbeda dengan sekarang yang semakin meluas dikarenakan banyaknya bangunan yang dibangun di pinggiran sungai. Saat banjir tanah-tanah pinggiran lama-lama terkikis oleh air yang menyebabkan hanya tinggal sedikit tanah yang ada di pinggiran membuat orang-orang berfikir tidak lama lagi kampung kami akan tenggelam.

Seperti sungai pada umumnya, Cisadane juga memiliki banyak ikan. Beberapa orang dari luar kampung kamipun banyak yang datang untuk memancing. Sering kali juga ikan dikali mengapung keatas dikarenakan mabuk, saat itu orang-orang berbondong-bodong turun kepinggir sungai untuk mengambil ikan yang mabuk untuk menjadi santapan lauk. Saat itu saya hanya bisa melihatnya saja karena masih kecil dan tidak bisa berenang. Terkadangpun ada beberapa orang yang menjaring ikan setiap hari menggunakan perahu dari bambu atau kami menyebutnya getek. 

Di antara beberapa orang yang menjaring ikan itu ada yang rumahnya berada di dekat rumah saya. Saya melihatnya menjaring ikan sapu-sapu untuk dijadikan sebagai bahan membuat makanan otak-otak ikan. Teman sayapun pernah mancing di sana, tidak disarankan untuk menggunakan pancingan kayu karena akan mudah patah. Beberapa ikan yang pernah saya lihat di sana adalah ikan mujair, julung-julung, bawal, baung, sapu-sapu, mas, patin, gabus, lele, betok, dan sepertinya masih ada banyak lagi yang belum saya lihat. Dikarenakan depan rumah saya ada sawah yang menanam sayur-sayuran, jadi sungai Cisadane sangat bermanfaat bagi para petani karena mereka menyedot air Sungai  untuk mengisi lahan dengan air Sungai. 

Tidak hanya cerita seru, ada beberapa cerita seram tentang sungai Cisadane. Ada mitos yang mengatakan adanya buaya putih di sungai ada yang bilang di dalamnya ada kerajaan jin yang saat besar yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki ilmu. Mitos ini sudah sering saya dengar dari banyak orang, ada yang bilang jika bermain malam-malam di sungai akan ditarik hantu air kedalam. Di pinggir danau ada pohon yang besar yang memang cukup seram untuk dilewati saat malam hari. Saya pun kadang merinding saat jalan malam hari sendirian sambil melihat sungai yang gelap.

Di samping sungai ada tanah tinggi yang menghalangi antara jalan dan sungai dan ditanami banyak pohon-pohon yang beragam. Pohon-pohon ini membuat suasana makin seram ada beberapa kasus kesurupan dan hantu yang menampakkan diri. Paman saya sendiri cerita ia pernah di tertawakan oleh kuntilanak yang terbang saat hendak pulang ke rumahnya lewat situ. Tante saya pun pernah melihat bola api yang kemudian jatuh ke dalam sungai. Kami berspekulasi bahwa itu adalah usaha santet yang dilakukan seseorang. Setiap malam ada suara burung hantu dan hewan-hewan lainnya, tapi sekarang sudah banyak rumah yang dibangun di daerah sana dan banyak tanaman yang ditebang membuat suasana tidak seseram dulu.

Beberapa tahun lalu kampung saya terendam banjir yang cukup parah. Ada beberapa hewan yang naik kepermukaan seperti buaya, ular, dan biawak yang memang habitatnya di sungai. Tetangga saya hampir digigit oleh buaya untung saja ia bisa menghindarinya dan buaya itu pun berhasil melarikan diri ke sungai lagi. Dan ular yang besar berhasil ditangkap oleh karyawan pabrik yang ada di sana kemudian diserahkan kepada tim SAR. Biawak memang sering ke permukaan walaupun tidak sedang banjir jadi tidak terlalu dipedulikan oleh orang di sana.

Dan banyak pula kasus orang tenggelam di sana, baik disengaja ataupun tidak. Saat kecil saya sendiri pernah melihat mayat yang sedang terapung bersama teman-teman saya. Kami langsung lari karena takut menjadi saksi. Dan baru-baru ini diberitahu ibu saya ada kasus orang yang tenggalam tetapi orang-orang tidak ada yang berani mengambilnya. Dikarenakan banyaknya pabrik di daerah Tangerang, pabrik-pabrik pun membuang limbahnya ke sungai. Tentu ini sangat merugikan karena semakin mencemari sungai.

Tidak hanya limbah pabrik, sampah-sampah pun sangat banyak yang mengapung di Sungai. Masih banyak warga yang belum sadar akan kebersihan, mereka asal membuang sampah ke Sungai. Tentu saja ini merupakan sebab terjadinya banjir. Rumah sepupu saya dekat dengan sungai dan ada tanah tinggi yang memisahkannya, ada yang menanam tanaman bambu guna untuk mengurangi risiko banjir. Ada rumah tetangga saya yang menjadi korban banjir yang menghilangkan sebagian rumahnya hilang terbawa arus. Dengan itu menjadi peringatan bagi warga sekitar untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi.

Sumber: Ibu Sri Lestari, Tilaily Yazid dan pengalaman saya sendiri

Sungai Cisadane adalah sungai terpanjang kedua yang ada di Jawa Barat (Banten dan Jawa Barat). Sungai Cisadane berasal dari gunung Gede Pangrango. Sungai Cisadane memiliki Panjang yang kurang lebih 126 kilometer dari gunung Gede Pangrango sampai bermuara ke laut Jawa. Sungai ini menjadi sumber kehidupan bagi beberapa masyarakat, mulai dari mandi, mencuci, sampai menjadi tempat bersosialisasi. Saya dulu sering berenang bersama teman-teman saya di salah satu kali yang merupakan aliran dari sungai Cisadane.

Saya sendiri lahir dan tinggal di Tangerang tepatnya di kecamatan Teluknaga yang kebetulan rumah saya dekat dengan sungai Cisadane. Saat bepergian saya sering melihat sungai Cisadane. Saya juga pernah beberapa kali bermain ke seberang sungai dengan anak kampung seberang. Alat transportasinya menggunakan perahu kayu atau disebut eretan. Eretan ini juga memudahkan menyingkat waktu orang-orang yang bepergian ke suatu tempat tertentu. Hampir setiap hari beroperasi kecuali malam hari dan saat banjir. 

Di balik panjangnya sejarah sungai Cisadane, saya sendiri memiliki beberapa pengalaman dan cerita yang saya dengar ataupun saya lihat dengan mata dan kepala saya sendiri. Orang-orang di sana lebih sering menyebutnya sebagai kali daripada sungai. Saat kecil saya beberapa kali sering main di sana untuk sekedar melihat-lihat saja walaupun orang tua saya sering melarangnya. Dulu sungai terlihat tidak terlalu luas berbeda dengan sekarang yang semakin meluas dikarenakan banyaknya bangunan yang dibangun di pinggiran sungai. Saat banjir tanah-tanah pinggiran lama-lama terkikis oleh air yang menyebabkan hanya tinggal sedikit tanah yang ada di pinggiran membuat orang-orang berfikir tidak lama lagi kampung kami akan tenggelam.

Seperti sungai pada umumnya, Cisadane juga memiliki banyak ikan. Beberapa orang dari luar kampung kamipun banyak yang datang untuk memancing. Sering kali juga ikan dikali mengapung keatas dikarenakan mabuk, saat itu orang-orang berbondong-bodong turun kepinggir sungai untuk mengambil ikan yang mabuk untuk menjadi santapan lauk. Saat itu saya hanya bisa melihatnya saja karena masih kecil dan tidak bisa berenang. Terkadangpun ada beberapa orang yang menjaring ikan setiap hari menggunakan perahu dari bambu atau kami menyebutnya getek. 

Di antara beberapa orang yang menjaring ikan itu ada yang rumahnya berada di dekat rumah saya. Saya melihatnya menjaring ikan sapu-sapu untuk dijadikan sebagai bahan membuat makanan otak-otak ikan. Teman sayapun pernah mancing di sana, tidak disarankan untuk menggunakan pancingan kayu karena akan mudah patah. Beberapa ikan yang pernah saya lihat di sana adalah ikan mujair, julung-julung, bawal, baung, sapu-sapu, mas, patin, gabus, lele, betok, dan sepertinya masih ada banyak lagi yang belum saya lihat. Dikarenakan depan rumah saya ada sawah yang menanam sayur-sayuran, jadi sungai Cisadane sangat bermanfaat bagi para petani karena mereka menyedot air Sungai  untuk mengisi lahan dengan air Sungai. 

Tidak hanya cerita seru, ada beberapa cerita seram tentang sungai Cisadane. Ada mitos yang mengatakan adanya buaya putih di sungai ada yang bilang di dalamnya ada kerajaan jin yang saat besar yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki ilmu. Mitos ini sudah sering saya dengar dari banyak orang, ada yang bilang jika bermain malam-malam di sungai akan ditarik hantu air kedalam. Di pinggir danau ada pohon yang besar yang memang cukup seram untuk dilewati saat malam hari. Saya pun kadang merinding saat jalan malam hari sendirian sambil melihat sungai yang gelap.

Di samping sungai ada tanah tinggi yang menghalangi antara jalan dan sungai dan ditanami banyak pohon-pohon yang beragam. Pohon-pohon ini membuat suasana makin seram ada beberapa kasus kesurupan dan hantu yang menampakkan diri. Paman saya sendiri cerita ia pernah di tertawakan oleh kuntilanak yang terbang saat hendak pulang ke rumahnya lewat situ. Tante saya pun pernah melihat bola api yang kemudian jatuh ke dalam sungai. Kami berspekulasi bahwa itu adalah usaha santet yang dilakukan seseorang. Setiap malam ada suara burung hantu dan hewan-hewan lainnya, tapi sekarang sudah banyak rumah yang dibangun di daerah sana dan banyak tanaman yang ditebang membuat suasana tidak seseram dulu.

Beberapa tahun lalu kampung saya terendam banjir yang cukup parah. Ada beberapa hewan yang naik kepermukaan seperti buaya, ular, dan biawak yang memang habitatnya di sungai. Tetangga saya hampir digigit oleh buaya untung saja ia bisa menghindarinya dan buaya itu pun berhasil melarikan diri ke sungai lagi. Dan ular yang besar berhasil ditangkap oleh karyawan pabrik yang ada di sana kemudian diserahkan kepada tim SAR. Biawak memang sering ke permukaan walaupun tidak sedang banjir jadi tidak terlalu dipedulikan oleh orang di sana.

Dan banyak pula kasus orang tenggelam di sana, baik disengaja ataupun tidak. Saat kecil saya sendiri pernah melihat mayat yang sedang terapung bersama teman-teman saya. Kami langsung lari karena takut menjadi saksi. Dan baru-baru ini diberitahu ibu saya ada kasus orang yang tenggalam tetapi orang-orang tidak ada yang berani mengambilnya. Dikarenakan banyaknya pabrik di daerah Tangerang, pabrik-pabrik pun membuang limbahnya ke sungai. Tentu ini sangat merugikan karena semakin mencemari sungai.

Tidak hanya limbah pabrik, sampah-sampah pun sangat banyak yang mengapung di Sungai. Masih banyak warga yang belum sadar akan kebersihan, mereka asal membuang sampah ke Sungai. Tentu saja ini merupakan sebab terjadinya banjir. Rumah sepupu saya dekat dengan sungai dan ada tanah tinggi yang memisahkannya, ada yang menanam tanaman bambu guna untuk mengurangi risiko banjir. Ada rumah tetangga saya yang menjadi korban banjir yang menghilangkan sebagian rumahnya hilang terbawa arus. Dengan itu menjadi peringatan bagi warga sekitar untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi.

Sumber: Ibu Sri Lestari, Tilaily Yazid dan pengalaman saya sendiri

Oleh Fairuz Yazid Zain