Dusun Keboijo merupakan salah satu dari delapan dusun yang berada di Kelurahan Petarukan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Wilayah ini memiliki sejarah panjang yang berkaitan erat dengan perkembangan budaya, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat setempat. Sebagai bagian dari Kelurahan Petarukan, Keboijo turut andil dalam berbagai kegiatan yang mencerminkan identitas dan kekayaan budaya daerah tersebut.
Salah satu warisan budaya yang menonjol dari Keboijo adalah Tari Kebo Ijo. Tarian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarat makna yang menggambarkan semangat dan karakter masyarakat setempat. Tari Kebo Ijo sering ditampilkan dalam berbagai acara, seperti Kirab Gunungan Hasil Bumi dan Makanan Khas Petarukan, yang merupakan bagian dari peringatan hari jadi Kabupaten Pemalang. Kegiatan ini menunjukkan bagaimana budaya lokal tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Keboijo dan sekitarnya.
Kesenian Kebo Ijo atau yang sekarang lebih dikenal dengan Tari Kebo Ijo. Asal mulanya merupakan sebuah nama dukuh di kecamatan Petarukan, yang menceritakan asal usul dukuh kebo ijo. Ada cerita rakyat tentang nama dukuh Kebo Ijo yang menceritakan seorang prajurit bernama Kebondanu yang memiliki kekuatan bayangan dirinya berwujud manusia berkepala kerbau dengan badan berwarna hijau. Tari Kebo Ijo muncul pertama kali di kecamatan Petarukan, yang mempunyai gerak ciri khas yaitu menyerupai seekor kerbau, dan menggunakan tata rias fantasi hewan kerbau.
Versi kedua menyebutkan Kebo Ijo hidup pada masa kerajaan Mataram. Tarian Kebo Ijo menceritakan pada masa Mataram sekitar tahun 1400 ada perajurit Mataram yang iri dengan sesama prajurit lainnya lantaran tidak diberangkatkan ke Batavia untuk memerangi VOC Belanda yang bernama Kebo Ndanu. Kemudian Kebo Ndanu menghimpun kekuatan dan menguasai hutan Siraung yang sekarang berada diwilayah tertentu Karesidenan Pekalongan, yakni dari Batang sampai Brebes dihutan itulah prajurit-prajurit itu menjadi begal dan mengganggu setiap perjalanan, baik menuju maupun dari kerajaan Mataram.
Setiap aksinya, prajurit tersebut berwujud manusia berkepala kerbau dengan badan berwarna hijau mereka dipimpin oleh Kebondanu. Tari Kebo Ijo muncul pertama kali di kecamatan Petarukan, yang mempunyai gerak ciri khas yaitu menyerupai seekor kerbau, dan menggunakan tata rias fantasi hewan kerbau. Dalam pertunjukkan tari Kebo Ijo dulu hanya diperankan dua tokoh yaitu Kebondanu dan pasukan kebo. Tetapi sekarang muncul tokoh yang bernama Nayantaka dalam pertunjukkan tari Kebo Ijo.
Tokoh Nayantaka muncul karena sang pencipta tari ingin menampilkan sebuah alur cerita. Tokoh Nayantaka pada pertunjukan tari Kebo Ijo diceritakan sebagai tokoh yang bersifat baik. Kemunculan tokoh Nayantaka menjadi sesuatu yang baru pada pertujukan tari Kebo Ijo dan mendapat respon positif dari penonton. Tokoh Nayantaka berperan sebagai kesatria yang mampu membunuh Kebondanu dengan kekuatan yang dimilikinya.
Peran Nanyantaka dalam pertunjukan tari Kebo Ijo, merupakan tokoh yang berhasil mengalahkan Kebondanu beserta pasukannya. Tokoh Nanyantaka masih keturunan Adipati Lumajang yang dibuang kemudian ditemukan oleh seorang kyai yang bernama Ki Dongkol lalu dibesarkan disebuah padepokan untuk mengalahkan pasukan Kebo Ijo, Nanyantaka bersenjata Gada Wesi Kuning. Tokoh Nayantaka pada tari Kebo Ijo digambarkan sebagai seorang ksatria yang baik, dapat dilihat dari tata busana dan tata riasnya.
Tokoh Nayantaka berperan sebagai tokoh yang baik dilihat dari segi tata rias wajah yang menggunakan tata rias putra alus sebagai penggambaran tokoh yang baik. Pemilihan warna tata rias menggunakan warna-warna lembut seperti coklat, coklat tua dan hitam. Pemilihan tata busana disesuaikan dengan karakter tokoh Nayantaka yang berperan sebagai seorang kesatria yang baik dan disesuaikan dengan asal tokoh Nayantaka. Pemilihan warna busana pada tokoh Nayantaka yaitu warna hitam dan putih. Warna hitam untuk menggambarkan ketegasan dan kewibawaan tokoh Nayantaka. Warna putih melambangkan kesucian serta sifat religious tokoh Nayantaka karena dibesarkan di sebuah padepokan Randujajar.
Tari Kebo Ijo tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi yang menyampaikan nilai-nilai sejarah, keberanian, dan moral kepada generasi muda. Melalui tarian ini, masyarakat diajak untuk mengenang dan memahami perjuangan serta konflik yang terjadi pada masa lalu. Sebagai bagian dari warisan budaya Pemalang, tari Kebo Ijo menunjukkan bagaimana seni tradisional dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks zaman tanpa kehilangan esensi aslinya. Kehadiran tokoh-tokoh baru dan penyesuaian cerita menunjukkan fleksibilitas dan daya tahan budaya lokal dalam menghadapi perubahan.(*)
Oleh Nova Alexandria Agatha