Dahulu kala, di lereng Gunung Ungaran, terdapat sebuah wilayah yang belum bernama, masih sunyi dan alami. Suatu hari, seorang wali yang dikenal dengan nama Kyai Kadilangu berjalan melintasi daerah tersebut. Ia sedang mencari tempat untuk menyepi dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Ketika tiba di sebuah kawasan yang dikelilingi oleh hutan lebat dan udara sejuk, Kyai Kadilangu merasakan getaran spiritual yang kuat. Ia kemudian menyebut tempat itu “Lerep”, yang berasal dari kata Jawa kuno yang berarti tenang atau hening. Dari sanalah nama Desa Lerep mulai dikenal.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Di masa kejayaan Kerajaan Demak, wilayah sekitar Lerep menjadi panggung pertempuran antara kebaikan dan keburukan. Seorang punggawa Kerajaan Demak yang gagah berani, Sunan Hasan Munadi atau dikenal pula sebagai Bambang Karto Nadi dikirim oleh kerajaan untuk menumpas kezaliman yang dilakukan oleh seorang tokoh bernama Ki Hajar Buntit.
Ki Hajar Buntit dikenal luas karena ajarannya yang menyimpang dan menentang nilai-nilai agama. Ia memiliki banyak pengikut dan kekuatan mistik yang mengerikan. Pertempuran hebat pun terjadi, dimulai dari tempat yang kini dikenal sebagai Sendang Putri Nyatnyono.
Di tengah pertempuran itu, pedang milik Ki Hajar Buntit patah tanda bahwa kekuatannya mulai melemah. Potongan pedang itu kemudian dikubur di lokasi sendang sebagai pertanda akhir dari kekuasaan kegelapan. Sunan Hasan Munadi berhasil mengalahkan Ki Hajar Buntit dan menyebarkan ajaran kebaikan di wilayah itu. Setelah wafat, beliau dimakamkan di Desa Nyatnyono, yang kini menjadi bagian dari Kecamatan Ungaran Barat.
Berabad-abad setelah peristiwa tersebut, Desa Lerep tumbuh menjadi pemukiman yang damai dan makmur. Terletak di ketinggian sekitar 497 meter di atas permukaan laut, desa ini berbatasan dengan Bandarjo dan Sumur Rejo di utara, Perhutani dan Nyatnyono di selatan, Nyatnyono dan Ungaran di timur, serta Keji dan Kalisidi di barat.
Dengan keindahan alamnya, warga Lerep memutuskan untuk mengembangkan desa menjadi desa wisata. Melalui kerja keras masyarakat dan dukungan dari BUMDes Gerbang Lentera, Desa Lerep kini menawarkan berbagai pengalaman wisata edukatif, seperti permainan tradisional, edukasi lingkungan, hingga kegiatan berkemah di alam terbuka.
Kini, di Desa Lerep tak hanya menyimpan keindahan alam, namun juga kisah penuh makna tentang perjuangan, spiritualitas, dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Lerep bukan sekadar nama, melainkan sebuah warisan dari masa lalu yang terus hidup di hati warganya.(*)
Oleh Rayvaldo Vincent Immanuel