Kisah Mbah Alian: Sang Pembabat Alas Ngaliyan

Di Kota Semarang, ada sebuah kecamatan yang bernama Ngaliyan. Wilayah ini telah menjadi bagian penting dari pertumbuhan Kota Semarang di bagian barat. Di balik nama tersebut, tersimpan sebuah kisah tentang seorang tokoh legendaris yang disebut sebagai Mbah Alian, seorang pembabat alas, pejuang spiritual, dan penyebar Islam yang jejaknya masih dirasakan hingga kini. Kisah ini diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi bagian penting dari sejarah lokal yang tak tertulis namun hidup dalam ingatan kolektif masyarakat.

Nama Mbah Alian memang tidak tercatat dalam buku sejarah resmi, tetapi keberadaannya diyakini nyata. Ia disebut sebagai sosok sakti, rendah hati, dan berdedikasi tinggi dalam menyebarkan ajaran Islam serta membangun peradaban dari hutan belantara yang sunyi. Kehadirannya di daerah Ngaliyan menandai awal dari sebuah transformasi sosial dan spiritual yang hingga kini masih meninggalkan jejak.

Menurut cerita lisan yang beredar di kalangan sesepuh masyarakat, Mbah Alian berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Ia tak hanya seorang pengembara, tapi juga seorang ulama yang memiliki wawasan keislaman yang luas. Perjalanan hidupnya dipenuhi dengan pengembaraan dari satu daerah ke daerah lain, baik untuk berdakwah maupun untuk membangun masyarakat berbasis nilai-nilai Islam.

Dalam perjalanannya, Mbah Alian dikenal sering berpindah-pindah tempat. Ia disebut pernah singgah di Cirebon, Pasuruan, Tegal, dan Salatiga. Menariknya, di beberapa daerah tersebut juga ditemukan tempat bernama ‘Ngaliyan’, yang dipercaya berasal dari istilah ‘alih-alihan’, yang berarti berpindah-pindah atau tempat singgah. Dari sini muncul dugaan bahwa setiap tempat yang pernah ia singgahi kemudian dikenal dengan nama Ngaliyan, sebagai penghormatan terhadap keberadaannya dan ajarannya.

Kali pertama tiba di wilayah yang kini dikenal sebagai Ngaliyan, tempat tersebut masih berupa hutan lebat yang dipenuhi oleh pepohonan tinggi dan semak belukar. Tak banyak manusia yang berani memasuki kawasan itu karena dianggap angker dan dihuni makhluk halus. Namun Mbah Alian, dengan keyakinan spiritual dan keberaniannya, memutuskan untuk membuka kawasan itu demi kepentingan masyarakat luas. Ia memulai dengan membabat pohon-pohon besar dan mendirikan tempat tinggal sederhana dari kayu dan bambu.

Selama tinggal di wilayah tersebut, Mbah Alian tidak hanya membuka lahan, tapi juga mengajak penduduk yang tinggal di sekitar perbukitan dan tepi hutan untuk bersama-sama membangun kehidupan baru. Ia dikenal sebagai orang yang mampu menyembuhkan penyakit, memberi petunjuk hidup, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan melalui syiar Islam. Banyak yang akhirnya mengikuti ajarannya dan membantunya membangun permukiman yang kemudian menjadi cikal bakal Ngaliyan.

Salah satu peninggalan yang hingga kini masih dianggap sakral adalah sebuah sumur tua yang terdapat di Kelurahan Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan. Sumur tersebut diyakini sebagai peninggalan Mbah Alian dan konon tidak pernah kering meskipun musim kemarau panjang. Warga setempat memercayai air sumur tersebut memiliki berkah dan sering menggunakannya untuk berbagai keperluan ritual dan pengobatan.

Petilasan Mbah Alian menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan masyarakat sekitar. Setiap tahun, masyarakat mengadakan tahlilan dan doa bersama di lokasi tersebut untuk mengenang jasa Mbah Alian. Mereka membawa berbagai sesaji, makanan, dan hasil bumi sebagai bentuk rasa syukur serta penghormatan terhadap tokoh yang telah mengawali berdirinya Ngaliyan.

Walau tidak tercatat dalam naskah sejarah formal, kisah Mbah Alian tetap hidup dan dihormati sebagai legenda lokal yang menjadi inspirasi banyak orang. Ia bukan hanya pembabat alas secara fisik, tetapi juga pembuka jalan spiritual dan sosial bagi masyarakat yang saat itu hidup dalam keterasingan dan ketakutan. Dengan ketekunan dan semangatnya, ia mampu mengubah kawasan yang sebelumnya tidak berpenghuni menjadi komunitas yang religius dan makmur.

Kini, nama Mbah Alian diabadikan dalam berbagai kegiatan kebudayaan dan menjadi bagian dari sejarah tak tertulis yang diajarkan kepada generasi muda. Banyak siswa sekolah di Ngaliyan yang mendengar namanya dari guru, orang tua, atau sesepuh desa. Ini menunjukkan bahwa meskipun tak tertulis di buku sejarah nasional, Mbah Alian memiliki tempat istimewa dalam hati masyarakat.

Kisah tentang keberanian, keikhlasan, dan perjuangan Mbah Alian menjadi warisan moral yang patut diteladani. Ia bukan hanya seorang yang membuka hutan, tapi juga membuka hati dan pikiran masyarakat. Semangatnya dalam menyebarkan kebaikan dan membangun tatanan sosial yang harmonis menjadi pelajaran berharga bagi siapa pun yang ingin membangun peradaban dari nol.

Melalui kisah ini, kita diingatkan bahwa sejarah lokal memiliki nilai yang besar dan tak boleh diabaikan. Dari tokoh-tokoh seperti Mbah Alian, kita bisa belajar tentang makna perjuangan yang sesungguhnya—berjuang untuk umat, bukan untuk kemuliaan diri. Dan meskipun zaman terus berubah, nilai-nilai yang ia tanamkan tetap abadi dalam kehidupan masyarakat Ngaliyan.

Seiring berjalannya waktu, kisah Mbah Alian tidak hanya berkembang di kalangan masyarakat Ngaliyan, tetapi juga mulai dikenal di berbagai daerah lain. Kisah tentang ketekunan dan keberanian Mbah Alian dalam membuka lahan dan menyebarkan ajaran Islam menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang berada dalam keterbatasan dan kesulitan. Banyak umat yang datang dari daerah jauh untuk belajar dari ajaran Mbah Alian, baik dalam hal spiritual maupun dalam hal membangun kehidupan yang lebih baik.

Bahkan, beberapa generasi penerus yang belajar langsung dari Mbah Alian turut menyebarkan pengajaran dan keteladanan beliau ke berbagai wilayah, menjadikan ajaran Mbah Alian sebagai warisan spiritual yang hidup di setiap komunitas. Mbah Alian tidak hanya mengajarkan cara hidup yang berbasis agama, tetapi juga memberikan petunjuk praktis dalam kehidupan sehari-hari, seperti cara bertani yang ramah lingkungan, cara menjaga keharmonisan antarwarga, serta pentingnya menjaga kebersamaan dan gotong royong.

Salah satu contoh nyata adalah tradisi gotong-royong yang masih dijalankan di Ngaliyan hingga kini. Setiap kali ada pekerjaan besar, seperti pembangunan fasilitas umum atau acara peringatan tertentu, warga Ngaliyan selalu bergotong-royong dengan penuh semangat. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Mbah Alian yang mengutamakan kebersamaan dan saling membantu antarwarga telah tertanam kuat dalam budaya masyarakat Ngaliyan.

Selain itu, Mbah Alian juga dikenal sebagai sosok yang sangat menghormati alam. Ia selalu mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan menjaga kelestarian hutan yang telah dibuka. Banyak pohon yang ia tanam di sekitar tempat tinggalnya, dan hingga kini pohon-pohon tersebut tetap tumbuh dengan subur, menjadi saksi bisu dari perjuangan dan dedikasi Mbah Alian dalam membangun peradaban yang harmonis antara manusia dan alam.

Kisah Mbah Alian terus hidup dalam ingatan masyarakat Ngaliyan, bahkan melampaui batas-batas waktu. Masyarakat setempat sering mengaitkan keberhasilan dan kemajuan yang diraih dengan semangat perjuangan beliau. Setiap kali ada tantangan atau kesulitan, mereka mengingat ajaran Mbah Alian untuk selalu bersabar, bekerja keras, dan saling membantu. Oleh karena itu, meskipun zaman sudah berubah, nilai-nilai yang ditanamkan oleh Mbah Alian tetap relevan dan menjadi pedoman hidup yang tak ternilai harganya. Mbah Alian tidak hanya meninggalkan warisan fisik berupa permukiman, tetapi juga warisan spiritual yang mengalir dalam kehidupan masyarakat hingga kini.(*)

Oleh Satrio Indradi