Ubi Jalar: Pahlawan Gizi yang Terabaikan, Layak Menjadi Pangan Pokok Utama

Ubi jalar, umbi manis yang akrab di lidah masyarakat Indonesia, sayangnya masih sering dipandang sebelah mata dan ditempatkan sebagai makanan sekunder atau camilan tradisional. Anggapan ini harus diubah. Ubi jalar layak untuk dipromosikan dan diakui sebagai pangan pokok alternatif yang superior, bahkan lebih unggul dari karbohidrat utama lainnya, karena kandungan gizi, manfaat kesehatan yang luar biasa, dan potensinya dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

​     Keunggulan ubi jalar berakar kuat pada profil nutrisinya. Berbeda dengan nasi putih atau terigu yang didominasi karbohidrat sederhana, ubi jalar menyediakan karbohidrat kompleks yang melepaskan energi secara bertahap, menjaga kadar gula darah lebih stabil. Lebih jauh, ubi jalar, terutama varian oranye dan ungu, merupakan gudang Beta-Karoten (prekursor Vitamin A) dan Antosianin. Beta-karoten sangat penting untuk kesehatan mata dan sistem imun, sedangkan Antosianin adalah antioksidan kuat yang berperan melawan radikal bebas dan mengurangi peradangan. Kepadatan nutrisi ini menjadikannya sumber pangan yang jauh lebih bernilai.

​     Secara spesifik, konsumsi ubi jalar memberikan dampak positif signifikan bagi kesehatan. Kandungan serat larut dan pati resisten di dalamnya berfungsi sebagai prebiotik, yang sangat baik untuk meningkatkan kesehatan usus dan melancarkan pencernaan. Bagi penderita diabetes atau mereka yang sedang diet, ubi jalar adalah pilihan cerdas karena memiliki indeks glikemik rendah hingga sedang. Manis alaminya tidak memicu lonjakan gula darah yang drastis, menjadikannya substitusi karbohidrat yang ideal untuk pencegahan dan terapi obesitas serta diabetes.

​     Meskipun data gizi mendukung, tantangannya adalah citra ubi jalar yang masih dianggap “makanan kampung” atau inferior oleh sebagian besar masyarakat perkotaan. Untuk menyanggah pandangan ini, diperlukan diversifikasi produk dan inovasi olahan. Potensi ubi jalar sebagai substitusi sebagian terigu dalam pembuatan roti, mie, atau sebagai bahan baku industri makanan, sangat besar. Inovasi ini akan meningkatkan daya tarik ubi jalar di kalangan generasi muda dan konsumen modern, sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani lokal.

​     Oleh karena itu, argumen bahwa ubi jalar adalah pahlawan gizi yang terabaikan harus ditegakkan. Dengan mendorong edukasi tentang manfaat kesehatannya yang superior dan mendukung inovasi produk olahan, kita tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan tetapi juga memperkuat ketahanan pangan domestik. Ubi jalar adalah solusi pangan masa depan yang sudah ada di hadapan kita, dan kini saatnya kita mengakui peran vitalnya.

By: Kafa Abimanyu Wisanggeni