Jagoan Kebal dari Kertayasa

Malam itu di meja makan sedang asyik menyantap masakan makan malam, tiba-tiba adik sepupuku menceletuk, “Kak, Kakak tahu cerita orang jahat yang kebal di Tegal gak?” dengan gaya polos anak kecil  yang sambil menyantap makanannya. 

Dengan muka bingung dan sedikit mengingat-ingat karena aku takut bahwa aku yang kelupaan. Kemudian aku bertanya, “Cerita apa itu Kakak gak tahu. Kamu tahu cerita itu dari siapa?” 

Dia langsung menjawab dengan percaya diri, “Dari Ayah.”

Setelah beberapa waktu aku pun berkesempatan untuk menanyakan hal itu, karena aku pun belum pernah mendengar kisah ‘seorang jagoan yang kebal’. Jujur, pertama kali mendengar dan mengetahui akan hal ini aku langsung tertarik untuk mendengarkan. Konon katanya ia memiliki ilmu kebal sehingga sering meresahkan warga sekitar, terkadang ia menunggu di tengah-tengah jalanan sawah. Ketika ada yang lewat ia akan langsung melakukan tindakan yang meresahkan. Jika yang lewat seorang laki-laki ia akan memukul atau membacok korban dan jika yang lewat seorang perempuan ia akan melakukan pelecehan.

Namanya Warna, warga Desa Kertayasa, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Saat itu ia berusia 36 tahun. Sedari muda ia sudah sering kali membuat onar. Ia sudah sering kali masuk ke penjara. Akan tetapi polisi melihat perilaku seperti orang gila dan pada akhirnya ia hanya ditahan sebentar lalu dibawa ke rumah sakit jiwa

Tetapi perilakunya yang tidak berubah membuat ketakutan tersendiri pada warga Desa Kertayasa dan desa sekitar Pantura Tegal. Sebelum ia tertangkap ia membacok 4 orang tetangganya. Hal itu membuat ketakutan warga semakin menjadi;jadi sehingga semua orang waspada mulai dari menutup dan mengunci pintu hingga jendela. Anak-anak baik laki-laki maupun perempuan diminta tidak keluar karna takut menjadi sasaran dan amukan Warna.

Ia kerap tiba-tiba muncul di dalam rumah warga lalu langsung membacok tetangganya lalu pergi kabur. Hal itu sudah beberapa kali terjadi dan Warna juga pernah tiba-tiba muncul di rumah tetangganya yang sedang mengadakan hajatan. Orang yang hadir langsung kalang kabut ketika melihat Warna membawa parang. Ini membuat keresahan semakin berkepanjangan dan membuat polisi turun tangan setelah Warna tertangkap dan dibawa ke polres.

Mendengar hal itu warga berkumpul dan berbondong-bondong ke Polres untuk melihat si jagoan kebal itu. Akan tetapi yang didapatkan oleh para warga malah rasa marah yang memuncak karena jagoan kebal itu terus-menerus memprovokasi para warga dengan ucapannya seperti ini, ”Kalau saya bisa lepas dari ikatan ini, setengah warga Kertayasa saya habisi dan seperempat warga Kramat akan saya bunuh. Saya tidak bisa mati, siapa yang mau bunuh saya.”  

Mendengar akan hal itu warga naik pitam dan salah satu warga masuk  dan memukulnya dengan alu berkali-kali. Tetapi hal itu tidak berefek ke tubuh Warna. Ia malah tertawa dan membalas, “Ayo, siapa lagi yang mau pukul saya. Saya kebal.” 

Melihat kecongkahannya warga tambah sangat geram. Tetapi kecongkahannya hanya bertahan sebentar sebelum teman satu perilmuannya datang dan melemahkan ilmu kebal dari si Warna dengan cara menyumpal semua lubang seperti lubang telinga, lubang hidung dan lain-lain. Setelah itu dia meninggal karena dipukuli oleh massa. 

Tetapi beberapa sumber seperti Ibu dan omku memiliki epilog yang berbeda. Kata mereka, selain seprti yang diceritakan di atas, kematian Warna dengan cara dimutilasi dan dikubur terpisah setiap bagian tubuhnya.(*)

Oleh Ikmal Alfath Shihab