Tata Krama dalam Menyantap Hidangan Makanan

Makan merupakan aktivitas yang harus manusia lakukan. Secara harfiah makan memiliki arti memasukan atau memperoleh suatu asupan dari sebuah makanan untuk  mengisi energi dan tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Tentu setiap manusia melakukan aktivitas makan sehari-hari untuk memenuhi gizi harian dan yang terpenting sebagai sumber tenaga.

Sebagai suatu hal yang diketahui masyarakat awam makan umumnya dilakukan bagi manusia yang sudah memiliki kemampuan untuk makan. Penjelasan mengenai kemampuan untuk makan itu diartikan bagi individu yang sudah dapat memproses makanan yang masuk dari mulut hingga proses pengolahan makanan terakhir. Manusia melakukan aktivitas makan ini sendiri telah dilakukan sejak lahir yaitu memperoleh asupan makanan dari air ASI ibu.

Semakin bertambah dewasanya manusia makanan yang dimakan akan semakin beragam hal tersebut juga mengikuti semakin bertambah usia seseorang maka nilai gizi yang diperlukan akan semakin bertambah pula. Pada saat ini variasi jenis makanan dikonsepkan ke dalam beberapa hal, yaitu makanan pembuka (appetizer) diketahui sebagai tahap untuk membangkitkan nafsu makan, makanan utama (main course) adalah pokok dari kegiatan makan yang menggunakan porsi lebih besar dan hidangan penutup (dessert) tahap terakhir ini digunakan untuk menetralisasi makanan yang telah masuk umumnya menggunakan makanan yang manis.

Urutan kegiatan makan tersebut bertujuan agar nutrisi yang diperoleh oleh tubuh tidak saling bertabrakan satu sama lain oleh karena itu masing-masing tahap memiliki kegunaannya masing-masing untuk mengoptimalkan gizi yang diserap oleh tubuh.

Table manner (tata meja) merupakan sesuatu yang mengatur segala hal mengenai aktivitas makan. Tata meja mengatur hal yang pantas dan tidak pantas dilakukan selama berada di meja makan. Mulai dari tahapan makan, cara duduk, cara menggunakan alat makan hingga menyatakan sikap mengenai suatu hidangan. umumnya table manner dilakukan saat mengadakan makan bersama dengan banyak orang seperti makan bersama keluarga, teman hingga perjamuan besar.

Tahapan makan tersebut juga merupakan instrumen dari tata meja namun, tidak hanya urutan saja yang diperhatikan dalam hal ini tetapi juga perilaku seseorang dalam menyantap hidangan tidak luput dari instrumen tata meja. Sebagian orang akan menganggap bahwa hal-hal seputar tata meja akan mempersulit manusia dalam memproses makanan tetapi, seperti yang diketahui sebelumnya bahwa dilihat dari tata cara urutan makan suatu makanan dapat mengoptimalkan tubuh untuk menyerap gizi dalam makanan selain itu juga kegunaan tata meja pada saat menyantap hidangan juga akan menimbulkan perasaan menghargai makanan juga seseorang pembuat hidangan tersebut.

Melanjutkan pernyataan sebelumnya bahwa tata meja juga menyangkut perilaku seseorang dalam menyantap makanan. Dimulai dengan posisi alat makan, sebelum makan posisi alat makan perlu berada diantara hidangan, lalu ketika ingin rehat sejenak dan mengobrol seseorang dapat meletakkan alat makannya di atas piring membentuk segitiga untuk sendok di kanan dan garpu di kiri, memperhatikan urutan alat makan dari luar ke dalam dengan melihat fungsinya seperti sendok untuk makanan berkuah atau makanan padat.

Setelah memperhatikan alat makan postur tubuh juga harus diperhatikan seperti duduk dengan keadaan tegak, menjaga siku dekat dengan tubuh dan mengunyah makanan dengan tidak mengecap. Selain itu dengan tata meja seseorang juga dapat mengungkapkan komentarnya mengenai suatu hidangan melalui posisi alat makan.

Terkadang banyak orang memandang tata meja dengan sebelah mata tidak mempertimbangkan tujuan baik di balik ketentuan-ketentuannya. Etika dan tata krama tentu merupakan suatu sikap untuk menghargai dan menghormati, dengan demikian tata meja tidak hanya sebagai sarana untuk menghargai dan menghormati makanan yang tersedia namun juga sebuah sikap untuk menghargai dan menghormati teman makan dan orang di balik hidangan yang disajikan.(*)

Oleh Lovhersha Mabelle Velzanya (Ilmu Hukum UNNES)