Inside Out: Lepaskan Belenggu Toxic Positivity

Film Inside Out adalah sebuah film animasi bertema psikologis emosi yang dirilis pada tahun 2015 di bioskop Amerika Serikat. Naskah film ini ditulis oleh Pete Docter, Meg LeFauve dan Josh Cooley, sedangkan cerita dalam film ini ditulis oleh Pete Docter, Ronnie del Carmen. Film animasi yang bertema psikologis emosi ini disutradarai oleh Pete Docter dan diproduseri oleh Jonas Rivera. Film yang berdurasi 94 menit ini diprodukasi oleh Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studios.

Masing-masing karkater dalam film ini memiliki pengisi suara, diantaranya Amy Poehler sebagaiJoy (karakter riang), Phyllis Smith sebagai Sadness (karakter sedih), Bill Hader sebagai Fear (karakter takut), Lewis Black sebagai Anger (karakter marah), Mindy Kaling sebagai Disgust (karakter jijik), Kaitlyn Dias sebagai Riley Andersen, Kyle MacLachlan sebagai Bill Andersen, ayah Riley, Diane Lane sebagai Jill Andersen, ibu Riley, dan Richard Kind sebagai Bing Bong.

            Film Inside Out diproduksi dengan menghabiskan anggaran sebesar 175 juta US dolar. Inside Out berada diurutan ketujuh dalam deretan film dengan keuntungan tertinggi pada tahun 2015 dengan total keuntungan sebanyak 859 juta US dolar.  Banyak penghargaan yang telah diraih oleh film ini diantaranya BAFTA Award, Golden Globe Award, dan New York Film Critics Award dan Critics’ Choice Award untuk kategori Film Animasi Terbaik.

            “Selalu ada cara mengubah keadaan dan menemukan kesenangan.” -Joy

“Menangis membuatku menenangkan diri dan tak terobsesi dengan masalah kehidupan.” -Sadness.

Film ini menceritakan seorang gadis bernama Riley Anderson yang dalam pikirannya hidup lima makhluk yang menggambaran lima emosi, yaitu emosi riang, sedih, jijik, marah, dan takut. Ada salah satu karakter emosi yang dominan daripada karakter emosi yang lain yaitu karakter Joy (riang). Joy selalu berusaha membuat Riley bahagia, gembira, dan berusaha menjauhkan Riley dari hal-hal yang membuat dia sedih. Suatu hari, Riley dan keluarga terpaksa harus meninggalkan tempat tinggal lamanya dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Satu persatu masalah datang, masalah pertama karena Riley tidak menyukai rumah barunya. Masalah kedua datang ketika Ayah dan Ibu Riley bertengkar kecil karena hal sepele. Kemudian masalah ketiga datang ketika Ibunya mengajaknya untuk membeli pizza yang ada di dekat rumah mereka, tetapi toko pizza itu justru hanya menjual pizza sayuran. Dari sinilah mulai banyak masalah yang datang pada Riley karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru sedangkan dirinya belum bisa menerima keadaan.

Riley memilih untuk memendam segala emosi yang sedang dialaminya, hingga pada akhirnya emosi itu pecah saat Riley memperkenalkan diri di depan kelas barunya. Tiba-tiba ia merasakan kesedihan yang begitu hebat hingga membuatnya meneteskan air mata. Situasi tersebut membuat Joy segera memperbaiki memori yang sempat tersentuh oleh Sadness. Namun, mereka tidak sengaja menjatuhkan bola-bola memori milik Riley yang mengakibatkan beberapa inti memori jangka panjangnya menjadi redup. Kemudian, Ibu Riley merasakan ada keanehan pada sikap putrinya, dan ketika Ibu mengajaknya berbicara respons yang diberikan Riley sungguh tidak terduga. Hal ini membuat Ayah terkejut dan spontan membentak Riley agar segera masuk kamar.

Masalah semakin bertambah ketika Anger, Fear, dan Disgust mengambil alih untuk mengendalikan emosi Riley yang menyebabkan gadis itu nekat pergi ke suatu tempat dimana kenangan terindahnya berada. Akan tetapi, rencana ini justru membuat pulau kejujuran dalam dirinya runtuh karena Riley berani mengambil uang dari dompet tanpa sepengetahuan Ibunya. Ibu dan Ayah cemas mengetahui bahwa putrinya tidak ada di kamarnya, Ibu mencoba berusaha untuk menelpon, tetapi Riley mengabaikan panggilannya. Kejadian ini mengakibatkan pulau keluarga dalam diri Riley hampir runtuh. Dalam adegan ini emosi-emosi yang ada pada diri Riley hilang kendali dan tidak dapat mengenali lagi emosi yang ada pada dirinya. Namun, beruntung sekali karena Sadness dan Joy datang tepat waktu dan segera memperbaiki kendali emosi yang sebelumnya sempat rusak dan tidak berfungsi. Akhirnya, Joy menyadari bahwa Sadness juga memiliki peran penting untuk Riley karena emosi sedih tidak selalu berkaitan dengan hal-hal yang akan mendatangkan keburukan.

      Dari segi visual dan kekreatifan, penggambaran setiap karakter film Inside Out berhasil memanjakan mata. Alur film juga dikemas sedemikian rupa hingga berhasil membuat penonton merasa tersentuh. Pesan yang ingin disampaikan film ini kepada penonton sangat dalam. Film ini menyampaikan kepada penonton bahwa hidup tidak hanya tentang kesenangan, namun dengan menangis juga dapat menenangkan diri dan tak terobsesi dengan masalah kehidupan yang ada. Itu merupakna kutipan terkenal dari karakter Sadness. Secara tidak langsung penulis cerita menyadarkan kita bahwa emosi menangis juga memiliki peran penting. Pada film ini emosi utama yang bernama Joy selalu berusaha menjauhkan sadness dari ingatan-ingatan penting Riley atau saat Riley sedang ingin bersedih karena menurut Joy pasti selalu ada acara mengubah keadaan dengan melakukan kesenagan. Hingga pada suatu ketika bola ingatan masa lalu menyadarkan Joy bahwa Sadness juga penting bagi Riley. Semua karakter emosi yang diciptakan itu penting agar Riley dapat mengekspresikan dirinya.

           Inti permasalahan di film Inside Out sebenarnya banyak kita jumpai di dunia nyata. Kita seringkali beranggapan bahwa kita harus selalu bahagia dan mengesampingkan berbagai emosi negatif, termasuk sedih. Fenomena ini dikenal dengan sebutan toxic positivity. Toxic positivity adalah sebuah kondisi saat seseorang beranggapan bahwa setiap masalah harus diselesaikan dengan berpikir positif. Orang-orang yang memiliki toxic positivity umumnya akan menolak berbagai emosi dan perasaan negatif hingga akhirnya emosi dan perasaan negatif tersebut terus menerus bertumpuk. Emosi dan perasaan negatif yang terus menumpuk tersebut nantinya akan memicu stres maupun gangguan emosional lainnya.

           Film Inside Out menunjukkan bahwa toxic positivity hanya akan membawa masalah baru, baik masalah untuk diri sendiri maupun orang lain. Merasakan dan menunjukkan emosi serta perasaan negatif tidak akan membuat kita menjadi manusia yang lemah. Hal tersebut wajar dilakukan karena manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Memberikan saran yang positif memang baik, tetapi jangan sampai terjebak dengan toxic positivity. Penggambaran karakter tiap emosi pada tokoh-tokoh yang ada dalam film memiliki jenis kelamin yang sesuai dengan tokoh tersebut saat adegan karakter emosi pada Ayah dan Ibu ditampilkan. Karakter Ayah merupakan tokoh laki-laki, maka penggambaran karakter tiap emosinya pun berwujud laki-laki. Berbeda pada tokoh Riley yang merupakan tokoh perempuan, penggambaran karakter tiap emosinya memiliki wujud laki-laki dan perempuan.

           Sangat disayangkan diantara lima emosi yang ada, hanya dua emosi saja yang tersorot. Padahal pada kenyataanya semua emosi sangat berpengaruh dalam keseimbangan mental. Terutama pada karakter Anger dan Fear yang ketika ingin mengekspresikan emosinya selalu dihalangi. Seakan emosi marah akan merusak segalanya dan merasa takut itu tidak berguna. Film Inside Out memiliki beberapa kemiripan dengan film Soul. Keduanya diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan menggambarkan perjalanan emosional karakter utama. Kemiripan pertama adalah kedua film tersebut mengeksplorasi tema emosi dan perjalanan batin. Dalam Inside Out, emosi digambarkan melalui karakter-karakter yang mewakili emosi dasar. Adapun dalam film Soul menggambarkan perjalanan jiwa seorang musisi yang terjebak di alam bawah sadar.

         Kemiripan lainnya adalah kedua film tersebut mengajarkan tentang pentingnya memahami dan menghargai emosi. Inside Out mengajarkan bahwa setiap emosi memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang, sementara Soul mengajarkan tentang menemukan makna hidup dan menghargai setiap momen yang diberikan. Meskipun terdapat kemiripan antara Inside Out dan Soul, kedua film ini juga memiliki perbedaan dalam cerita dan pendekatan cerita. Inside Out lebih fokus pada perjalanan emosi seorang anak, sementara Soul lebih fokus pada perjalanan jiwa seorang musisi dewasa. Ada pula kritik terhadap representasi emosi dalam film ini. Beberapa orang berpendapat bahwa karakter-karakter emosi yang digambarkan dalam film ini terlalu stereotipikal, seperti Anger (kemarahan) yang selalu marah atau Sadness (kesedihan) yang selalu sedih. Mereka berpendapat bahwa ini dapat menyederhanakan kompleksitas emosi manusia.

           Beberapa orang juga mengkritik bahwa film ini kurang memiliki latar belakang atau pengembangan karakter yang kuat. Mereka berpendapat bahwa karakter-karakter dalam film ini mungkin terasa datar atau tidak memiliki kedalaman yang cukup. Namun, penting untuk diingat bahwa Inside Out juga mendapatkan banyak pujian dan pengakuan atas konsepnya yang inovatif, animasi yang indah, dan pesan yang kuat tentang pentingnya memahami serta menghargai emosi.

Oleh:

Tri Widianto, Nafhisa Diva Salsabella, Erika Anggraeni, Elsa Revalina, Deviani Ayu Suranto

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *