Identitas Film
Judul Film : Bumi Manusia
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produser : Frederica
Penulis : Salman Aristo
Penata Musik : Andhika Triyadi
Sinematografer : Ipung Rachmat Syaiful
Penyunting : Sentot Sahid, Reynaldi Christanto
Perusahaan Produksi : Falcon Pictures
Genre : Drama/Sejarah
Tahun Rilis : 2019
Pemeran :
● Iqbaal Ramadhan sebagai Minke/R.M Tirto Adhi Soerjo
● Mawar de Jongh sebagai Annelies Mellema
● Sha Ine Febriyanti sebagai Ontosoroh/Sanikem
● Amanda Khairunnisa sebagai Sanikem muda
● Giorgino Abraham sebagai Robert Mellema
● Bryan Domani sebagai Jan Dapperste/Panji Darman
● Jerome Kurnia sebagai Robert Suurhof
● Donny Damara sebagai Bupati B, Ayah Minke
● Ayu Laksmi sebagai Ibu Minke
● Dewi Irawan sebagai Mevrouw Telinga
● Chew Kin Wah sebagai Ah Tjong
● Kelly Tandiono sebagai Maiko
● Christian Sugiono sebagai Kommers
● Hans de Kraker sebagai Jean Marais
● Ciara Nadine Brosnan sebagai May Marais
● Edward Suhadi sebagai Gendut Sipit
● Jeroen Lezer sebagai dr. Martinet
● Rob Hammink sebagai Maarten Nijman
● Tom de Jong sebagai Herbert de la Croix
● Peter Sterk sebagai Herman Mellema
● Salome van Gruinsven sebagai Miriam de la Croix
● Dorien Verdouw sebagai Sarah de la Croix
● Angelica Reitsma sebagai Magda Peters
● Ton Feil sebagai kepala HBS
● Whani Darmawan sebagai Darsam
● Robert Prein sebagai Maurits Mellema
● Derk Visser sebagai Sersan Hammerstee
● Arjan Onderdenwijngaard sebagai hakim pribumi
● Peter van Luijk sebagai Meneer Telinga
● Annisa Hertami sebagai Parjiyah
● Elang El Gibran sebagai teman kos Minke
● Angga Okta Rahman (cucu Pramoedya) juga terlibat sebagai pemeran cameo.
Orientasi
Film yang berjudul Bumi Manusia ini di adaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta
Toer. Film ini membahas mengenai kehidupan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan
Belanda di awal abad ke-20, khususnya perjuangan seorang pemuda pribumi bernama Minke,
kaum terdidikk yang bersemangat melawan ketidakadilan kolonial. Film inidibintangi oleh
aktor hebat yaitu Iqbaal Ramadhan dan Mawar de Jongh sebagai Minke dan Annelies.
Keduanya berhasil memikat hati penonton dengan chemistry yang mereka bangun. Film ini
ditonton lebih dari 1,3 juta penonton. Bumi Manusia tidak hanya mencerminkan penindasan
dan perjuangan yang dialami oleh masyarakat pada masa kolonial, tetapi juga menjadi
cerminan mendalam tentang identitas, kebebasan, dan kemanusiaan.iaan.
Tafsiran
Film Bumi Manusia disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diadaptasi dari novel
epik karya Pramoedya Ananta Toer. Film ini mengangkat tema perjuangan identitas dan
kebebasan di masa penjajahan Belanda, memvisualisasikan perjuangan bangsa Indonesia.
Karakter utama, Minke (Iqbaal Ramadhan) seorang pribumi yang terjebak di
persimpangan budaya modern dan tradisi, menghadapi ketidakadilan kolonial. Melalui
aktingnya, ia mengajak penonton menyelami konflik antara modernitas dan tradisi, serta
bagaimana ketidakadilan kolonial membentuk kehidupan masyarakat saat itu. Iqbaal
Ramadhan berhasil menyampaikan kerapuhan dan keteguhan Minke secara bersamaan melalui
emosi-emosinya dalam berakting, membuat penonton dapat merasakan pergulatan batinnya.
Salah satu keunikan film ini adalah keberanian Minke untuk melawan aturan sosial
yang kaku dan ketidakadilan rasial, terutama dalam hubungannya dengan Annelies (Mawar de
Jongh), seorang perempuan Indo-Belanda yang menjadi tambatan hatinya. Hubungan Minke
dengan Annelies menjadi simbol cinta terlarang dan perlawanan terhadap sistem sosial yang
tidak adil.
Keunggulan film ini terletak pada visual dan set desain yang memukau, sehingga
berhasil menghidupkan suasana Indonesia pada akhir abad ke-19 dengan megah dan dramatis.
Setiap detail, mulai dari pakaian hingga arsitektur, tampak autentik dan mendukung narasi
sejarah yang sedang disampaikan. Gaya sinematografi yang elegan juga menonjol dalam
menangkap panorama alam dan kota kolonial.
Evaluasi
Film adaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer ini merupakan film yang sangat
baik dan dapat menarik perhatian banyak orang. Namun, terdapat beberapa kelemahan dari
film tersebut yang menjadi bahan evaluasi, mulai dari durasinya yang terlalu panjang hingga
kendala dalam penyampaian pesan dalam film tersebut.
Durasi film yang sempurna adalah 92 menit — setidaknya, menurut sebuah studi baru.
Perusahaan riset pasar Talker Research merilis hasil jajak pendapat mereka pada hari Rabu, 24
April. Studi ini dilakukan secara daring dari tanggal 3 hingga 8 April dengan melibatkan 2.000
orang dewasa Amerika.
Dari jumlah tersebut, hanya dua persen responden yang berpendapat bahwa film harus
berdurasi lebih dari dua setengah jam. Sebaliknya, 92 menit — lebih dari satu setengah jam
— ditetapkan “sebagai durasi rata-rata yang ideal.” Oleh karena itu beberapa penonton film
Bumi Manusia menganggap film ini terlalu panjang, sebab durasinya hampir 3 jam. Di luar
batas ideal durasi film yang sempurna. Hal ini menyebabkan para penonton kehilangan minat
untuk menyelesaikan film tersebut. Seharusnya durasi film tersebut dibuat lebih singkat lagi
agar tetap menarik.
Dari segi penyampaian pesan, film Bumi Manusia kurang menonjolkan pesan sosial
yang ingin disampaikan. Film tersebut overfocus pada kisah cinta Minke dan Annelis. Untuk
itu, akan lebih baik jika film Bumi Manusia tidak hanya terfokus pada kisah romansa lakon
utamanya, tetapi juga pada pesan sosial yang hendak disampaikan kepada penonton mengenai
perjuangan identitas dan kebebasan di masa penjajahan Belanda.
Rangkuman
Film “Bumi Manusia” adalah jendela waktu yang membawa kita kembali ke masa
penjajahan Belanda di awal abad 20. Melalui kisah Minke, seorang pemuda pribumi yang
berani bermimpi dan berjuang, kita diajak merasakan getirnya hidup di bawah kekuasaan
kolonial. Film yang merupakan adaptasi mengesankan dari novel karya Pramoedya Ananta
Toer, menggambarkan perjuangan identitas dan kebebasan di masa penjajahan Belanda.
Meskipun memiliki durasi yang cukup panjang dan terkadang terlalu berfokus pada kisah cinta
protagonisnya, film ini berhasil menyajikan gambaran yang kuat tentang kehidupan
masyarakat Indonesia di bawah kekuasaan kolonial. Dengan akting yang memikat dari Iqbaal
Ramadhan dan Mawar de Jongh, serta visual dan sinematografi yang memukau, “Bumi
Manusia” layak ditonton sebagai sarana untuk memahami sejarah bangsa.
Penulis : Na’ila Sarwahita, Agustin Kusumawardani, Azi Aurahman Elegan, Rina
Mayaningsih, dan Aufannida Rahmalika Salsa billa Azizia.