Pada era pendidikan yang semakin kompetitif, mahasiswa seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan dalam perjalanan akademis mereka yang dapat menimbulkan tekanan dan stres. Stres akademik muncul dari berbagai sumber, yakni beban tugas, tenggat yang ketat, dan tuntutan yang tinggi dari orang sekitar dalam pencapaian prestasi akademik. Dalam konteks pendidikan yang semakin kompetitif adalah tidak semua mahasiswa mampu merespons tekanan ini dengan cara yang sama. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi bagaimana mahasiswa menghadapi stres adalah ketahanan mental atau dikenal sebagai “hardiness.”
Ketahanan mental atau hardiness merupakan sifat psikologis yang menggambarkan kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi stres dalam bentuk positif. Diperoleh tiga komponen utama dalam ketahanan mental adalah komitmen, kontrol, dan tantangan. Komitmen menggambarkan keterlibatan mahasiswa terhadap aktivitas atau tugas yang dihadapi cenderung lebih fokus dan tidak mudah teralihkan oleh stres; kontrol mengacu pada keyakinan mahasiswa ketika mereka mampu mengendalikan situasi dalam hidup mereka; sementara tantangan menggambarkan pandangan mahasiswa terhadap stres yang menjadi bagian dari proses berkembang dan belajar, bukan sebagai beban.
Stres akademik merupakan kondisi tekanan yang dialami mahasiswa akibat tuntutan akademik yang berlebihan. Sifatnya memberikan kecemasan tentang tugas menumpuk, nilai yang rendah, ataupun kekhawatiran masa depan yang disebabkan karena kurangnya dukungan sosial. Stres akademik sangat mempengaruhi kesejahteraan emosional, kognitif, dan fisik mahasiswa. Selain itu, terkadang mahasiswa baru mengalami stres besar karena harus menyesuaikan lingkungan belajar yang baru dan tuntutan akademis yang kompleks.
Berbagai penelitian menerangkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat hardiness tinggi cenderung lebih efektif dalam mengelola tekanan akademik. Mahasiswa cenderung tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dan justru menjadikan tantangan sebagai peluang untuk belajar. Sebaliknya, mahasiswa dengan tingkat hardiness rendah mungkin merasa tertekan dan terjebak dalam siklus stres berkepanjangan.
Dampak dari stres akademik sangat beragam. Pada tingkat positif, stres dapat memotivasi mahasiswa agak berjuang lebih keras dan belajar bersyukur. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, stres dapat menyebabkan penurunan kinerja akademik, kecemasan, depresi, hingga masalah Kesehatan fisik seperti pola makan tidak sehat dan gangguan tidur. Kebanyakan mahasiswa yang mengalami stres akademik kesulitan dalam konsentrasi belajar dan cenderung menunda penugasan.
Strategi untuk meningkatkan ketahanan mental: pertama, penetapan arah atau tujuan masa depan yang jelas. Ketika mahasiswa mengetahui tujuan yang ingin dicapai, mereka lebih mudah untuk fokus dan termotivasi meskipun banyak tantangan. Memberikan arah jelas serta rasa bersyukur atas semua pencapaian yang dapat mengurangi kecemasan.
Kedua, pengembangan pola pikir positif. Pikiran negatif dapat memperumit dan menghambat pengembangan kemampuan kita dalam menentukan keputusan. Melatih diri untuk selalu mencari sisi positif dalam setiap keadaan dan memperkuat ketahanan emosional.
Ketiga, pengembangan keterampilan manajemen stres dengan efektif. Stres merupakan bagian alami dari hidup, namun kita dapat memilih bagaimana cara menghadapinya. Dengan Teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga yang bisa membantu mahasiswa meredakan stres. Selain itu, olahraga yang teratur dapat merangsang produksi endorfin yang berfungsi sebagai hormon pembangkit semangat.
Keempat, pengembangan ketangguhan emosional. Kemampuan untuk tenang dan terkendali dalam situasi apapun. Penting untuk menerima perasaan kita tanpa membiarkan emosional menguasainya. Dengan memandang situasi secara objektif dan tidak terbawa emosi, kita dapat mengambil keputusan baik dalam setiap kesulitan.
Selain keempat hal di atas, diperlukan pula upaya membangun dukungan sosial, membangun ketekunan dan disiplin, serta berfokus pada proses, bukan hanya hasil.
Ketahanan mental atau hardiness memiliki peran penting dalam membantu mahasiswa melewati stres akademik. Dengan komitmen kuat, rasa kontrol aman terhadap setiap situasi, dan kemampuan berpikir positif, mahasiswa diajarkan dapat melewati stres dengan cara sehat dan produktif selama studi mereka. Diperlukan perhatian serta dukungan dari lembaga pendidikan terhadap pengembangan keterampilan ini untuk menjaga kesejahteraan mahasiswa secara menyeluruh. Karena itu, penting bagi setiap mahasiswa membangun dan mengembangkan kualitas diri dalam mengelola stres demi mencapai kesuksesan kehidupan akademik mereka. (*)
Oleh Mastauli Josefanny Carolyn Rachel Siahaan (Ilmu Hukum)