Makam Uyut Salimin: Jejak Keramat di Kampung Pasir Limus

Kampung Pasir Limus terletak di Desa Wangunharja, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, memiliki cerita bersejarah tentang seorang tokoh sakti yang memiliki ilmu tinggi bernama Uyut Salimin. Makam beliau sampai saat ini dikenal sebagai tempat yang penuh karomah dan ramai di datangi oleh peziarah dari berbagai daerah. Kisah tentang beliau diwariskan secara turun-temurun oleh para sesepuh kampung, salah satunya almarhum Aki Anin. Dalam cerita yang beredar di lingkungan setempat, Uyut Salimin dikenal sebagai sosok yang membuka dan membangun pondasi pertama kehidupan di daerah tersebut. Keberadaan beliau menjadi bagian penting dari identitas spiritual masyarakat Pasir Limus.

Menurut kisah yang dituturkan oleh Aki Anin, dahulu daerah Kampung Pasir Limus merupakan hutan belantara yang sangat lebat dan belum tersentuh manusia. Hutan ini kemudian dibuka oleh Uyut Salimin yang datang dengan niat suci untuk memperluas dakwah agama Islam. Beliau dikenal mempunyai ilmu agama yang tinggi dan keberaniannya yang sangat besar dalam mengatasi rintangan yang akan terjadi di alam. kedatangan beliau menjadi pembuka peradaban di wilayah tersebut, mengubah hutan belantara menjadi pemukiman yang sejahtera. Masyarakat setempat percaya bahwa apa yang telah dilakukan oleh Uyut Salimin bukan sekadar membuka lahan, tetapi juga membangun pondasi spiritual.

Dalam perjalanannya membuka hutan, Uyut Salimin melalui sebuah kejadian gaib yang sampai saat ini tetap dikenang. Suatu hari, beliau tidak sengaja melihat sepasang harimau (maung) yang akan melakukan ritual perkawinan. Dalam tradisi sakral mereka, maung jantan diharuskan untuk meninggalkan seluruh ilmu yang dimilikinya di sebuah ranting pohon sebelum melaksanakan perkawinan. Melihat kejadian itu, Uyut Salimin dengan penuh kewaspadaan mengambil ilmu yang telah ditinggalkan oleh maung jantan tersebut. Tindakan ini menjadi dasar dari ikatan spiritual antara manusia dengan maung.

Setelah mengetahui kedatangan manusia yang merampas ilmunya, kedua maung menjadi gelisah dan mencari sumber bau manusia. Tanpa rasa takut sedikit pun, Uyut Salimin memperlihatkan dirinya dan memberi salam, “Assalamu’alaikum,” kepada kedua maung tersebut. Percakapan antara manusia dengan binatang mistis ini menjadi peristiwa penting dalam perjalanan panjang spiritual Uyut Salimin. Maung jantan memohon agar ilmunya dikembalikan, namun Uyut Salimin memberikan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi jika ingin ilmunya dikembalikan. Keberanian dan ketangguhan Uyut Salimin membuat kedua maung tunduk dan menghormatinya.

Syarat yang diberikan Uyut Salimin kepada kedua maung tidaklah mudah. Beliau meminta agar maung tersebut menjaga keturunannya selama tujuh turunan dari berbagai kejahatan serta mara bahaya, baik di darat maupun di air. Selain itu, beliau juga ingin kedua maung masuk Islam dan menganut keyakinan yang sama dengan beliau. Dengan tulus, kedua maung tersebut mau untuk memenuhi semua syarat tersebut dan berjanji untuk patuh kepada Uyut Salimin. Janji ini dianggap keramat dan menjadi perjanjian spiritual antara manusia dan makhluk gaib. Sampai saat ini, anak cucu Uyut Salimin dipercaya selalu mendapatkan penjagaan yang tidak terlihat.

Setelah perjanjian itu, Uyut Salimin melanjutkan misi sucinya untuk mengubah hutan liar menjadi daerah yang layak dihuni oleh manusia. Dengan adanya pertolongan energi gaib dari kedua maung tersebut, beliau mampu membangun pondasi awal Kampung Pasir Limus. Tahapan pembukaan wilayah bukan hanya menyertakan kekuatan fisik, tetapi juga kerohanian yang tinggi. Masyarakat setempat kemudian meneladani langkah Uyut Salimin dalam membangun kehidupan di sekitar rintangan yang diberikan oleh alam. Hasil dari usaha ini adalah terbangunnya masyarakat yang kuat secara lahir dan batin.

Menurut Aki Anin, Uyut Salimin adalah nenek moyangnya sendiri yang diprediksi hidup sekitar tahun 1800-an. Ada dua versi kisah mengenai asal muasal Uyut Salimin, yaitu dari Kuningan dan Sumedang, walaupum sampai saat ini belum ada informasi yang pasti mengenai hal tersebut. Hal ini diperkuat dengan adanya petunjuk yang mengatakan bahwa Uyut Salimin memilih menutupi jati dirinya hingga tahun 2014. Keputusan untuk menutupi identitas ini dipercaya sebagai bagian dari penelusuran spiritual beliau. Oleh karena itu, penelitian sejarah Uyut Salimin masih sangat terbuka untuk penelitian di masa depan.

Jika kita mengunjungi langsung makam tersebut, maka kita akan disuguhkan dengan Kesan yang sangat mendalam. Susunan makam memakai batu kali, sama seperti makam-makam keramat nenek moyang Sunda di Galuh, Sumedang, dan Pajajaran. Ciri khas ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan budaya dan spiritual antara Uyut Salimin dan adat Sunda kuno. Pemakaian batu kali juga memperkuat suasana kesakralan makam tersebut. Makam ini bukan hanya menjadi area berziarah, tetapi juga menjadi simbol sejarah dan budaya lokal.

Lingkup wilayah Pasir Limus pada zaman itu sangat luas dan strategis. Sebelah timur berhimpitan dengan Pasir Sari, sebelah selatan dengan Sukaresmi, sebelah barat dengan Ganda Sari, dan sebelah utara dengan Cikarang Kota. Daerah ini menjadi pusat kegiatan utama ekonomi dan keagamaan yang ditanamkan oleh Uyut Salimin. Adat dan nilai-nilai Islam yang beliau tanamkan tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Pertumbuhan kampung ini menjadi tanda nyata kesuksesan visi spiritual Uyut Salimin.

ampai saat ini, makam Uyut Salimin masih sering dan ramai dikunjungi oleh parah peziarah dari berbagai daerah. Mereka datang dengan berbagai hajat, mulai dari memohon perlindungan, kelancaran rezeki, sampai mencari ketenangan batin. kedatangan para peziarah memperlihatkan betapa besarnya rasa hormat masyarakat terhadap warisan spiritual Uyut Salimin. Selain itu, ziarah ini menjadi sarana untuk memperkuat hubungan sosial dan spiritual di kalangan masyarakat. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun tanpa terputus.

Kisah Uyut Salimin tidak hanya cerita rakyat biasa, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang harus selalu dijaga. Dari cerita ini, kita banyak belajar tentang keberanian, ketulusan, dan kekuatan iman dalam menghadapi berbagai rintangan. Kehidupan Uyut Salimin menjadi motivasi untuk menciptakan masyarakat yang berpedoman pada nilai agama dan adat istiadat. Maka dari itu, pelestarian cerita dan makam beliau adalah bagian dari merawar identitas sejarah lokal. Semoga kisah ini terus hidup dan terus berkembang menjadi media pembelajaran bagi generasi yang akan datang.(*)

Oleh Rizki Putri Yuliani