Asal Mula Desa Kalimanah

Di desa tempat saya tinggal ini, terdapat cerita menarik tentang asal usul Desa Kalimanah yang saya dengar dari seorang Pensiunan Guru SD yang bernama Bapak Sadjirin. Saat itu saya sedang berkungjung kerumahnya dan saya langsung tertarik untuk bertanya mengenai cerita Asal Usul Desa Kalimanah.

Desa Kalimanah adalah desa yang terletak di Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di sebelah Utara, Desa kalimanah berbatasan dengan Kecamatan Padamara, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Purbalingga dan Kemangkon, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kemangkon, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padamara dan Kabupaten Banyumas.

Saat itu saya sedang berkunjung ke rumah Bapak Sadjirin, dengan rasa penasaran yang begitu tinggi, saya bertanya kepada Bapak Sadjirin “ Pak sebenarnya siapa tokoh dibalik Asal Usul Desa Kalimanah dan tahun berapa terjadinya Asal usul tersebut?”, ucap saya.

“Sekitar tahun 1700 an berdiri sebuah kadipaten di sisi Selatan Gunung Slamet, yang Bernama Kadipaten Wilahan dengan adipati yang Bernama Ki Wilah. Ki Wilah adalah orang yang bijaksana, adil dan merupakan bekas panglima perang Kadipaten Pasir Luhur, namun Ki Wilah ini menyingkir ke utara bersama putrinya, Mas Ajeng Lanjar, karena merasa malu serta gagal mengalahkan Adipati Bonjok dan yang menyebabkan perang adalah rasa cemburu karena Adipati Bonjok meminang istri ki wilah di kadipaten pasir luhur”, jawab Bapak Sadjirin. Setelah dijelaskan, ternyata Kadipaten Wilahan adalah tempat pelarian kerabat Kasultanan Mataram yang terpecah akibat Perang Suksesi Jawa III. Dari situ saya mengetahui bahwa terdapat tokoh seperti Syech Jangkung, R. Suryo Permana Sakti, dan Ki Probo Saketi yang menetap di sana, mengajarkan ilmu agama dan kanuragan kepada murid-muridnya di batu-batu Kali Ponggawa.

Tak berhenti disitu saja, saya masih melanjutkan pertanyaan kepada Bapak Sadjirin. “Lalu setelah itu apa yang terjadi Pak? Apakah terdapat konflik?” ucap saya kepada Bapak Sadjirin.

“Jadi suatu waktu, penduduk itu resah karena sering terjadi pencurian dan perampokan oleh gerombolan yang dipimpin Begal Jungladipa, yang memiliki kesaktian tinggi dan kejam hingga akhinya, Ki Probo Saketi menyelidiki dan melaporkan hal ini kepada Adipati Wilah.” , jawab Bapak Sadjirin.

“Lalu bagaimana dengan Ki Wilah, Syech Jangkung, R. Suryo Permana Sakti, dan Ki Probo Saketi pak? Apakah mereka melakukan sebuah misi besar?” tanya saya dengan penuh rasa penasaran.

“Ki Wilah, Syech Jangkung, R. Suryo Permana Sakti, dan Ki Probo Saketi akhinya berunding dan memutuskan untuk menasihati Begal Jungladipa agar bertobat, namun jika menolak, harus dilawan. Lalu Ki Probo Saketi, Syech Jangkung, dan R. Suryo Permana Sakti mendatangi markas Begal Jungladipa. Begal Jungladipa pun menolak ajakan untuk bertobat dengan congkak dan menantang adu kesaktian dengan syarat menyerah jika sudah berkalang tanah,” ucap Bapak Sadjirin. Saya pun mulai membayangkan bagaimana kekacauan yang terjadi pada masa itu.

Bapak Sadjirin juga menjelaskan bahwa pertempuran sengit terjadi di pinggir Kali Ponggawa hingga siang hari. Semua pengikut Begal Jungladipa tewas kecuali dirinya. Begal Jungladipa terdesak dan akhirnya menceburkan diri ke kedung Kali Ponggawa, diikuti serangan anak panah prajurit Kadipaten Wilahan. Setelah menjelaskan hal tersebut, pikiran saya langsung tertuju pada nama desa Kalimanah.

“Pak kalau boleh tahu, mengapa nama desa ini diberi nama Kalimanah, dan apa yang menjadi hubungan antara nama desa tersebut dengan cerita Asal Usulnya?” tanya saya kepada Bapak Sadjirin.

Bapak Sadjirin menjawab dengan sedikit tertawa, “Air kali berubah merah oleh darahnya, lalu kuning karena nanah dari mayatnya. Dari peristiwa ini, Adipati Wilah menamai daerah itu “Kalimanah” yang berarti kali berisi nanah, sebagai pengingat keberanian rakyatnya membasmi kejahatan,” ucapnya Bapak Sadjirin kepada saya.

Bapak Sadjiri juga menceritakan bahwa Adipati Wilah memerintahkan semak belukar di sekitar daerah itu dibuka menjadi pemukiman yang kemudian berkembang menjadi Kademangan Danaraja, yang dipimpin oleh Ki Panca Panitih, keturunan Panembahan Senopati. Setelah Adipati Wilah meninggal tanpa putra laki-laki, pemerintahan diteruskan Ki Panca Panitih.

Setelah mendengar Asal Usul yang disampaikan oleh Bapak Sadjirin, saya mulai memahami bagaimana cerita dibalik nama desa kalimanah ini.

“Pada masa kolonial Belanda setelah Perang Diponegoro (1830), wilayah Kademangan Danaraja dihapus dan Kalimanah dibagi menjadi Kalimanah Kulon dan Kalimanah Wetan, yang masuk wilayah asisten wedana Kalimanah. Nama Danaraja tetap digunakan sebagai nama grumbul di Kalimanah Wetan, dan bekas pendopo kademangan dibangum menjadi musala,” ucap Bapak Sadjirin yang mencoba untuk menambahkan sedikit cerita.

Setelah kemerdekaan, Kalimanah Wetan mengalami beberapa penataan pemerintahan hingga status kelurahan menjadi desa. Tokoh-tokoh kepala desa berganti-ganti, dan untuk menunjang pemerintahan desa dibangun Balai Desa Kalimanah Wetan pada 1976, yang direnovasi menjadi bangunan megah di era Kades Ramelan.

Dari cerita Asal usul Kalimanah Wetan yang bermula dari Kadipaten Wilahan dan peristiwa melawan Begal Jungladipa, hingga menjadi desa yang makmur dan bersejarah tersebut, kita bisa mengetahui bahwa Desa kalimanah mempunyai cerita asal usul yang sangat luar biasa dan wajib diketahui oleh para generasi muda agar tidak melupakan cerita masa lalu dan sejarah di balik nama Desa Kalimanah,(*)

Oleh Dhiya Puspita Hapsari