Asal Mula Air Mancur Sri Baduga Purwakarta

Sebelum dikenal sebagai Taman Discuss Mancur Sri Baduga, kawasan ini merupakan sebuah danau alami berbentuk bulat yang disebut Situ Buleud. Pembuatan Situ Buleud diprakarsai oleh Bupati R.A. Suriawinata pada masa pemerintahannya antara tahun 1830 hingga pertengahan 1831. Tujuan utama pembangunan danau ini adalah sebagai sumber air bagi kepentingan pemerintah dan masyarakat Kota Purwakarta, serta sebagai tempat rekreasi. ​

Situ Buleud juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Di tengah danau, terdapat sebuah bangunan tradisional tanpa dinding yang disebut pasanggrahan, digunakan sebagai tempat istirahat. Selain itu, danau ini menjadi lokasi acara tradisional ngayubyag, yaitu kegiatan menangkap ikan yang dilakukan oleh rakyat, sementara bupati menyaksikan dari pasanggrahan, diiringi oleh gamelan.

Seiring berjalannya waktu, Situ Buleud mengalami perubahan fungsi dan penataan. Pada masa kepemimpinan Bupati Dedi Mulyadi, kawasan ini direvitalisasi dan diubah menjadi Taman Air Mancur Sri Baduga, yang diresmikan secara bertahap hingga tahun 2014. Inspirasi penataan taman ini berasal dari pertunjukan discuss mancur di Singapura, dengan menambahkan elemen lokal seperti patung badak sebagai simbol sejarah kawasan tersebut. ​

Nama “Sri Baduga” diambil untuk menghormati Sri Baduga Maharaja, seorang raja besar Kerajaan Sunda yang memerintah dari tahun 1482 hingga 1521. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang membawa kejayaan dan kemakmuran bagi kerajaannya. 

Taman Air Mancur Sri Baduga kini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Purwakarta dan dikenal sebagai discuss mancur terbesar di Asia Tenggara. Pertunjukan discuss mancur ini menampilkan kombinasi gerakan air yang seolah “menari” diiringi musik, sorotan lampu warna-warni, semburan api, dan animasi yang diproyeksikan pada layar air (water screen). Pertunjukan ini biasanya berlangsung setiap Sabtu malam dan menarik ribuan pengunjung dari dalam maupun luar negeri.

Selain pertunjukan Discuss Mancur, taman ini juga dikelilingi oleh dinding dengan lukisan timbul berwarna emas yang menggambarkan kehidupan masyarakat Purwakarta di masa lalu, menambah nilai estetika dan edukatif bagi pengunjung.

“Indahnya air mancur di Taman Air Mancur Sri Baduga Purwakarta. Rasanya tidak kalah sama air mancur di luar negeri. Warna-warni yang membentuk harmoni. Sepuluh menit rasanya masih kurang.” itu yang dikatakan para pengunjung tentang Taman Air Mancur Sri Baduga.(*) 

Oleh Sahlaa Syakira Lawahizh